Jumat 25 Nov 2016 11:00 WIB

Tuhan, Jangan Tinggalkan Aku (41)

Red:

Fatin mengangguk. Ia merasa harus bersyukur. Statusnya kini sebagai janda. Mungkin lebih baik daripada istri muda dan menjadi bulan-bulanan pelecehan secara psikhis?

"Kira-kira apa yang diinginkan istrinya itu, ya?" suara Fatin mengambang.

"Mungkin dimaksudkan agar secara resmi tak ada hubungan apapun antara suaminya dengan Mbak Fatin." Samawa mencoba menganalisa.

"Tidak ada hak Mbak Fatin dan si kecil untuk mendapatkan warisan Pak Rimbong," timpal istrinya.

"Hmm, hmm, begitu, ya…." Suara Fatin kembali terdengar mengambang Tak ada yang berkata-kata lagi.

Kendaraan terus melaju menuju kawasan pesantren milik pamannya Samawa.

"Sekarang kita hanya akan berdua saja, ya Nak. Jadi, mari kita berjanji untuk saling menguatkan dan mendoakan," bisik Fatin di telinga si kecil setiap hendak menidurkannya.

Sejak saat itu Fatin memutuskan untuk tinggal bersama keluarga Samawa. Ia merasa aman dan nyaman bergaul dengan para santri. Ia mencoba mengisi waktu luangnya untuk belajar mengaji dari Nyai Kulsum, istri pemimpin pondok pesantren. Kebetulan Nyai Kulsum berasal dari Garut, sama-sama perempuan Sunda.

Nuansa pondok pesantren setidaknya memberi rasa aman dan nyaman dalam hati Fatin. Bungalownya ditinggalkan begitu saja.

Satu kali nanti aku akan menjualnya, pikirnya.

Sejak kejadian di lantai atas itu Rimbong tak pernah kelihatan datang kembali ke bungalownya. Demikian laporan dari para keponakan Samawa yang menjaga bungalow.

Fatin masih mengikuti jejaknya melalui koran dan televisi. Rimbong diangkat sebagai ketua asosiasi parwisata Indonesia. Ia sering bepergian ke berbagai pelosok dunia.

Fatin tidak tahu, Rimbong yang baru pulang dari keliling mancanegara harus mengakui keteledorannya. Ia telah membiarkan Fatin tanpa perlindungan sama sekali. Ia sedih sekali, kemudian berusaha mencari Fatin ke Lombok.

Rimbong tidak menemukan Fatin dan si kecil Ridho. Ia kembali ke Jakarta, terpaksa harus memenuhi aturan main dari istrinya, Norma, sebagai pemilik sebagian besar saham perusahaannya. Jika tidak manut, maka Norma akan menyebarkan perselingkuhannya kepada media.

Rimbong gundah gulana, tetapi ia memang selalu tak berdaya berhadapan dengan Norma yang harus diakuinya telah membantunya dalam membangun bisnis. Rimbong hanya bisa minta tolong kepada Rieki agar terus melacak keberadaan Fatin dan anaknya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement