Seorang laki-laki paruh baya mengangkat dupa setinggi wajahnya. Sambil bersimpuh, ia angkat berkali-kali dupa tersebut di depan foto usang. Lalu, ia berdiri, meletakkan dupa tersebut di wadah kecil. Membungkuk sekali lagi, lalu berdiri dan berjalan pergi.
Laki-laki itu baru saja melaksanakan upacara Cio Ko. Upacara penganut agama Kong Hu Chu yang dilaksanakan pada bulan tujuh atau Agustus setiap tahunnya. Menurut antropolog UI Risma Sugihartati, upacara Cio Ko adalah upacara mendoakan para arwah yang tidak memiliki sanak saudara untuk mendoakannya.
Risma menjelaskan, hampir setiap kelenteng pasti mengadakan Cio Ko. "Namun, acara Cio Ko itu tanggalnya berbeda-beda." Dijelaskannya, upacara Cio Ko ini penting bagi penganut Kong Hu Chu di Indonesia. Karena, banyak masyarakat Tionghoa zaman dulu yang tidak memiliki sanak keluarga dan tidak diketahui orang tuanya.
Kebanyakan masyarakat Tionghoa yang datang ke Indonesia tidak membawa data administrasi yang jelas. Banyak dari mereka yang lama tinggal di Indonesia hingga tidak mengetahui lagi leluhur mereka. Dalam upacara Cio Ko inilah mereka mendoakan arwah leluhur mereka yang tidak mereka ketahui.
Setiap tahun jemaat kelenteng Hok Tek Bio mengadakan Cio Ko. Tidak hanya mendoakan arwah, dalam upacara Cio Ko, kelenteng ini juga membagikan sembako kepada warga sekitar kelenteng. Sembako itu berasal dari sumbangan jemaat ke kelenteng dan warga sekitarnya berebut sumbangan tersebut.
Salah satu pengurus kelenteng Hok Tek Bio, Ayung Kusuma, mengatakan, tradisi ini sudah berhenti. Salah satu media menayangkan tradisi Cio Ko dan menyebutkan bahwa tradisi itu tidak manusiawi. "Tayangan tersebut sampai ke kapolri saat itu, lalu diteruskan ke kapolda, dan diteruskan kembali ke kapolres. Akhirnya, kapolres saat itu menegur kelenteng sehingga akhirnya pihak pengelola kelenteng hanya membatasi tradisi itu di kalangan umat kelenteng," cerita Ayung.
Ayung menyayangkan hal tersebut. Baginya, tradisi Cio Ko menjadi salah satu bukti fungsi sosial kelenteng Hok Tek Bio. Selain perdagangan, pertunjukan barongsai, Cio Ko juga sebuah upacara yang memediasi masyarakat Hokian dengan pribumi.
Kelenteng Hok Tek Bio tidak hanya saksi bisu perjalanan awal Hokian di Kota Bogor. Kelenteng ini juga menjadi saksi sejarah kehidupan beragama yang harmonis di Kota Hujan. rep:c74 ed: dewi mardiani