REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Bom di Cirebon dinilai bukti terorisme tak bisa ditangani dengan kekerasan. Wakil Ketua Komisi III yang juga Ketua Fraksi PAN, Tjatur Sapto Edy mengatakan terorisme tak bisa diselesaikan dengan perang fisik. “Harus ada konsep komprehensif dari pemerintah menangani kasus ini,” katanya pada Jumat, (15/4).
Pendekatan yang dilakukan pemerintah, lanjutnya, tidak boleh sekadar kekerasan tetapi juga secara cultural dan spiritual. “Keyakinan orang bahwa bunuh diri bagan dari jihad itu salah,” katanya. Ia menilai, terorisme yang terus muncul memperlihatan kekerasan tidak bisa menyelesaikan masalah.
Artinya, dari segi perbaikan pemerintah, perlu adanya konsep baru yang lebih integral. Ulama dan tokoh masyarakat harus diikutsertakan untuk mencegah hal itu kembali terjadi. Cara yang bisa ditempuh, memberikan dialog kepada masyarakat dan tidak sepenuhnya mengandalkan polisi.
Seperti diberitakan, bom bunuh diri terjadi di masjid di Cirebon, Jawa Barat. Bom itu meledak sekitar pukul 12.15 WIB, saat salat Jumat hendak dimulai. Saat itu imam baru saja takbir sembari mengangkat tangan (takbiratul ikhram). Tiba-tiba saja bom yang diduga dililitkan di perut seorang jamaah di shaf bagian depan meledak.
Bom itu antara lain melukai imam salat, Kapolresta dan Kasatlantas. Sedangkan pelaku bom bunuh diri tewas dengan usus terburai, tetapi wajah pelaku masih utuh sehingga diharapkan cepat diketahui identitas pelaku.