REPUBLIKA.CO.ID,NEW YORK – Fakta Osama bin Laden ditemukan di sebuah kota Garnisun, Pakistan, telah membuat malu Pakistan. Terlebih lagi, lokasi penyergapan itu ternyata tak jauh dari akademi militer negara tersebut. Serangan yang dilakukan AS pun telah membuat militer Pakistan marah.
Pada Kamis (5/5) lalu, tentara Pakistan mengancam akan menghentikan kerjasama kontra-terorisme dengan Amerika Serikat. Terlebih, jika AS kembali melakukan hal serupa di kemudian hari.
Sebuah partai Islam utama di Pakistan, Jamaat-e-Islami, menyerukan protes massal pada Jumat (6/5) terhadap tindakan yang disebutnya sebagai pelanggaran kedaulatan oleh serangan AS. Protes ini juga mendesak pemerintah untuk mengakhiri dukungan untuk pertempuran AS terhadap militan.
Seorang pejabat keamanan senior Pakistan juga menuduh tentara AS telah membunuh pemimpin Alqaida yang tak bersenjata. Penjabat tersebut menyebutnya dengan sebutan pembunuhan berdarah dingin.
Pengakuan dari AS yang menyatakan Osama tidak bersenjata ketika ditembak di kepalanya, serta penguburan Osama di laut, dinilai merupakan tindakan yang langka dan tidak terjadi dalam Islam. Ini pula yang menjadi bahan kritikan dari dunia Arab dan Eropa.
Beberapa bahkan memperingatkan akan adanya serangan balasan dari tindakan ini. Amerika sendiri tampaknya menunjukkan sedikit keraguan tentang bagaimana Osama sebenarnya terbunuh.