REPUBLIKA.CO.ID, GAZA/TEPI BARAT - Ribuan warga dan aktivis asal Palestina masih terus berkumpul di wilayah Tepi Barat dan Gaza. Hal ini dilakukan untuk memperingati Hari Nakba, atau bisa disebut memperingati 63 tahun terampasnya hak mereka.
Warga dan aktivis Palestina tak bergeming untuk terus ‘merayakan’ pendirian Negara Israel meski di bawah ancaman pihak keamanan Israel menyusul bentrokan mematikan di Yerusalem Timur. Bentrokan ini terus terjadi di beberapa wilayah di Yerusalem Timur, antara pihak keamanan Israel dan penduduk Palestina.
Televisi Aljazeera melaporkan bentrokan terjadi di pintu masuk Mesjid Al-Aqsha. Meski begitu, belum tercatat adanya korban jiwa. Sejak awal Israel memang menempatkan pasukannya di Palestina untuk mengantisipasi aksi massa yang bisa mengancam pihaknya. Tercatat 10 ribu pasukan di tempatkan di Tepi Barat, khususnya di Kota Ramallah, Hebron, Nablus, Bethlehem, Tulkarem, dan Qalqilya.
Pasalnya di kota-kota tersebut berkumpul ribuan orang yang berencana ikut serta dalam aksi protes. Titik paling panas atau Aksi massa terbesar berada di dekat kamp pengungsi dan pemeriksaan Qalandiya, pintu masuk utama dari Israel ke Tepi Barat.
Di Gaza sendiri, Perdana Menteri dari Pemerintahan Hamas, Ismail Haniyah, mengatakan ke depan massa untuk mengakhiri proyek Zionisme Israel. Ia berharap Nakba tahun ini juga dibarengi berakhirnya proyek Zionis di Palestina. “Untuk mencapai tujuan kita memerdekakan diri dari tanah kita yang dijajah, kita harus miliki satu kepemimpinan,” ujarnya, Ahad (15/5).