REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Banyaknya perbedaan pendapat saat dimulainya Kongres PSSI membuat ketua Komite Normalisasi (KN), Agum Gumelar, menghentikan sidang saat sidang baru memasuki tahap pembukaan. Agum memutuskan untuk menskors sdiang selama satu jam hingga pukul tujuh malam.
Baru sampai tahap pembacaan tata tertib sidang, Kongres PSSI 2011 sudah langsung ricuh. Sejumlah peserta melakukan protes karena banyaknya aparat keamanan yang berada di dalam ruangan sidang.
Beberapa pemilik suara juga melakukan protes menuntut agar orang-orang yang tidak memiliki hak suara agar keluar dari ruangan. Beberapa yang protes di antaranya adalah Tuty Dau, John Banoa, Sukawi Sutarip, dan Yunus Nusi. "Kami menginginkan bagi yang tidak memilik suara itu agar tidak di dalam," ujar Tuty
Suasana bertambah tegang karena sejumlah pemilik suara ngotot menginginkan agar ketua Komite Banding Pemilihan (KBP), Ahmad Riyadh, menjelaskan seputar hasil banding yang meloloskan nama George Toisutta dan Arifin Panigoro sebagai calon ketua umum dan wakil ketua umum PSSI.
Di tengah keributan tersebut, Agum kemudian meminta perwakilan FIFA yakni Thierry Regenass untuk menjelaskan mengapa George dan Arifin tidak diperbolehkan mencalonkan diri sebagai ketua umum dan wakil ketua umum PSSI.
Dalam penjelasannya yang dibantu penerjemah, Regenass mengungkapkan bahwa FIFA tidak bisa mengontrol liga yang di luar organisasi FIFA, yakni Liga Primer Indonesia (LPI). "Karena liga tersebut berada di luar piramida PSSI, sudah jelas bahwa promotonrya atau siappaun di dalamnya tidak bisa menjadi kandidat pemimpin PSSI," ujarnya.
Regenass juga menegaskan bahwa empat kandidat yang dilarang tersebut, termasuk Nurdin Halid dan Nirwan Bakrie dianggap langsung atau tidak langsung memecah-belah PSSI. "FIFA menginginkan kandidat baru. Saat ini terdapat banyak kandidat. Jadi, sekarang tinggal kawan-kawan di sini memilih," ujarnya.
Regenass menyatakan para pemilik suara bisa memilih ingin berlawanan dengan FIFA atau berjalan sesuai statuta FIFA serta melihat sepakbola Indonesia berkancah di dunia internasional. "Ini tugas yang sangat berat dan saya sangat paham banyak pihak yang kecewa karena kandidatnya tidak bisa dicalonkan.''