Senin 30 May 2011 14:29 WIB

Korupsi di Tubuh FIFA Mulai Terbongkar

Rep: Abdullah Sammy / Red: Didi Purwadi
Sepp Blatter dan Mohamed bin Hammam (kanan)
Foto: guardian.co.uk
Sepp Blatter dan Mohamed bin Hammam (kanan)

REPUBLIKA.CO.ID,ZURICH - Tabir praktik haram di tubuh FIFA mulai terbongkar. Dua petinggi teras FIFA, yakni Wakil Presiden Jack A Warner dan anggota Komisi Eksekutif Mohamed bin Hammam, diduga memberikan suap kepada Federasi Sepak Bola Karibia (CFU) dalam kepentingan pemilihan Presiden FIFA periode 2011-2014. Warner dan Hamman bahkan telah dijatuhkan sanksi larangan untuk tidak beraktifitas di dunia sepak bola.

Dalam siding Komite Etik di bawah pimpinan Petrus Damaseb asal Namibia, FIFA menyimpulkan bahwa keduanya terindikasi melanggar Kode Etik. Mereka untuk sementara menangguhkan status Hamman dan Warner di FIFA.

“Wakil Presiden FIFA Jack A. Warner dan anggota Komite Eksekutif FIFA Mohamed bin Hammam ditangguhkan statusnya dan untuk sementara dilarang mengambil bagian dalam aktivitas apapun yang berhubungan dengan sepak bola (administrasi, olahraga atau lainnya) di seluruh dunia,” begitu pernyataan resmi FIFA seperti dilansir dari situs resminya.

Komite Etik menganggap bahwa sanksi sementara diperlukan untuk mengindari konflik kepentingan saat proses penyelidikan berlangsung. Sanksi sementara juga dipandang mampu menyelamatkan kehormatan FIFA di mata para anggota.

Komite Etik saat ini masih memeriksa dua pejabat dari Federasi Sepak Bola Karibia, Debbie Minguell dan Jason Sylvester, dalam kaitannya dengan dugaan pelanggaran yang dilakukan Hamman dan Warner. “Komite juga memutuskan untuk menangguhkan sementara dua pejabat itu dari segala aktivitas apapun yang berhubungan dengan sepak bola,” tulis FIFA.

Dugaan korupsi dan suap di tubuh FIFA makin memanas setelah sebelumnya Hamman menuding Presiden FIFA, Sepp Blatter, sebagai biang dari kebobrokan di federasi sepak bola dunia. Namun, dalam proses sidang Komite Etik yang berlangsung terbuka, tudingan itu tidak terbukti.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement