Sabtu 11 Jun 2011 08:40 WIB

Prancis Bantah Helikopter NATO Jatuh Ditembak Libya

REPUBLIKA.CO.ID,TRIPOLI--Kementerian Pertahanan Prancis membantah laporan media Libya yang mengatakan bahwa satu helikopter Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) ditembak jatuh oleh pasukan Gaddafi di Libya, kata televisi Al-Arabiya pada Jumat. Televisi pemerintah Libya mengatakan Jumat, sebuah helikopter NATO ditembak jatuh oleh pasukan yang setia kepada pemimpin Libya yang diperangi Muammar Qaddafi, dan menambahkan bahwa pesawat itu ditembak jatuh di laut di lepas pantai kota Zlitan.

Dari ibu kota Tripoli, televisi pemerintah Libya itu mengatakan sebuah helikopter NATO ditembak jatuh oleh pasukan yang setia kepada orang kuat Libya itu. TV mengatakan pesawat itu ditembak jatuh di laut di lepas pantai kota Zlitan. Tapi ketika itu, tak segera ada komentar yang dikeluarkan oleh pihak NATO tentang laporan tersebut.

Pasukan NATO menggempur Libya dengan dalih melaksanakan Resolusi 1973 PBB untuk melindungi rakyat Libya dari serangan tentara Gaddafi. Gelombang serangan udara NATO menghantam Tripoli, sejak beberapa hari terakhir, untuk meningkatkan tekanan pada pemimpin Libya Muammar Qaddafi yang mengatakan ia "dekat" dengan lokasi serangan itu tetapi bersumpah ia tidak akan menyerah.

Suara ledakan-ledakan terdengar dekat kompleks kediaman Qaddafi Bab al Aziziya sekitar pukul 11:45 waktu setempat (06:45 WIB Rabu), kata seorang koresponden AFP. Kemudian suara ledakan lebih kuat juga terdengar di ibu kota itu. Pada Selasa, dalam satu dari beberapa pengeboman terberat dari serangan udara sejauh ini, pesawat tempur NATO melancarkan sekitar 60 serangan di Tripoli menewaskan 31 orang, kata juru bicara pemerintaah Libya Mussa Ibrahim.

Sasaran utama adalah kompleks kediaman Qaddafi yang digempur secara berlanjut sejak awal intervensi militer internasional 19 Maret dan sebagian besar gedung di kompleks Bab al Aziziya, telah rata dengan tanah. Dalam satu pesan yang disiarkan Selasa malam, Gaddafi mengatakan ia berada dekat ledakan bom itu tetapi masih melakukan perlawanan dan menyerukan rakyatnya juga melakukan perlawanan. 

"Walaupun serangan-serangan bom itu, kami tidak akan pernah tunduk," kata Qaddafi dalam siaran sembilan menit. "Saya berada dekat ledakan bom itu tetapi saya masih melawan. Kami hanya memiliki satu pilihan -- (tetap tinggal) di negara kami sampai mati. Mati, hidup, menang bukanlah masalah. Kami tidak akan meninggalkan negara kami atau menjualnya, kami tidak akan menyerah," katanya dalam pernyataan pertamanya sejak ia muncul di televisi pemerintah 19 Mei.

Segera setelah siaran itu, serangan-serangan udara menghantam ibu kota Libya itu, terus terjadi sepanjang hari itu. Para wartawan yang dibawa ke lokasi kompleks yang hancur akibat dibom itu melihat satu mayat, yang ditutupi dengan bendera Libya, yang menurut juru bicara pemerintah Mussa Ibrahim adalah salah satu dari sejumlah korban dari serangan-serangan udara itu.

 

sumber : antara/xinhua-OANA/AFP
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement