REPUBLIKA.CO.ID,Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh, dinyatakan tidak akan kembali ke negaranya. Hal itu dikemukakan oleh seorang pejabat tinggi Arab Saudi Jumat (17/6) seraya membantah klaim sejumlah pejabat Sana'a bahwa diktator Yaman itu akan pulang ke negaranya dalam beberapa hari.
Pejabat Arab Saudi yang menolak menyebutkan namanya itu mengatakan, "Presiden Yaman tidak akan kembali ke Yaman." Namun ia tidak menyebutkan apakah keputusan itu diambil oleh Saleh sendiri.
Pejabat Saudi itu juga menegaskan bahwa hingga kini Saleh belum memutuskan akan menetap di mana. Saleh dan lima pejabat tinggi Yaman peringkat dievakuasi ke Arab Saudi untuk mendapat perawatan medis setelah serangan roket ke istana presiden Yaman pada 3 Juni lalu.
Saleh, yang saat ini berada di rumah sakit Saudi dan sedang dalam pemulihan akibat luka bakar lebih dari 40 persen pada tubuhnya, hingga kini belum muncul di publik sejak serangan terjadi. Namun di lain pihak, para pejabat Yaman, bersikeras bahwa Saleh akan pulih dengan cepat dan segera pulang ke Yaman.
Wakil Menteri Informasi Yaman, Abdu al-Janadi, kepada Reuters Jumat (17/6) mengatakan, "Presiden telah mengkonfirmasi kepada saya bahwa dia akan kembali dalam beberapa hari mendatang." Namun ia tidak menyebutkan tanggal pasti.
Sementara itu, rakyat Yaman kembali berdemonstrasi turun ke jalan di seluruh kota negara ini, menuntut pembentukan sebuah dewan transisi yang akan memegang pemerintahan dan mencegah kembalinya diktator Saleh. Menurut oposisi, dewan transisi akan "mengangkat seorang tokoh nasionalis yang kompeten guna membentuk sebuah pemerintahan teknokrat."
Pihak oposisi juga menyerukan pembubaran parlemen dan dewan penasehat negara dan serta menekankan pembentukan komite khusus yang menyusun konstitusi baru dan menetapkan tanggal dalam menggelar referendum terkait konstitusi dan pemilu. Wakil Presiden Yaman Abdu Rabo Mansour Hadi, yang saat ini memegang kekuasaan pasca kepergian Saleh, hingga kini menolak seruan rakyat.