REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK - Perjuangan Kulsoom Abdullah, lifter asal Amerika serikat, membuahkan hasil. Federasi Angkat besi Internasional (IWF) dalam waktu dekat akan mengubah aturan pakaian bagi atlet perempuan yang memungkinkan atlet berjilbab berlaga di forum nasional dan internasional.
Sebelum akhirnya IWF ketok palu menyetujui perubahan ketentuan tentang pakaian atlet wanita, jalan panjang dilaluinya. Ia sebelumnya meyakinkan Komite Olimpiade AS (USOC) tentang hal itu. Setelah USOC mengangguk, mereka mengusungnya dalam forum IWF.
USOC yang mendesak IWF untuk membuat perubahan dalam pertemuan di Malaysia awal pekan ini.
Sekarang Kulsoom, yang bersaing di divisi angkat besi senior perempuan, bisa masuk berbagai kompetisi dunia dengan tetap berbusana Muslimah. "Saya sangat senang bahwa hal itu terjadi. Aku benar-benar bersyukur atas dukungan yang di luar sana. Saya berharap ini [perubahan] akan membantu cabang olahraga lain yang lain, sehingga Muslimah berjilbab bisa berpartisipasi di dalamnya," katanya.
Siapakah Kulsoom Abdullah? yang pasti, dia bukan anak bawang dalam peta olahraga angkat besi. Berbagai kejuaraan baik nasional maupun internasional pernah diraihnya.
Di luar angkat-mengangkat lifter, Kulsoom Abdullah juga tak bisa diremehkan. Ia bergelar PhD untuk teknik komputer dari Universitas Georgia.
Kulsoom lahir di Amerika Serikat. Orangtuanya berdarah Pakistan. Ia bermain di 48 kg dan 53 kg atau kelas berat.
Dia menekuni angkat besi sejak beberapa tahun lalu. Semula, ia hanya menjadikan angkat barbel sebagai bagian dari menjaga kebugaran saja.
"Itu hanya sesuatu untuk bersenang-senang. Namun kemudian timbul keinginan untuk menjadikannya sebagai cabang olahraga yang pantas untuk ditekuni," katanya.
Dia kemudian bekerja sama dengan pelatihnya dan mulai menetapkan tujuan untuk bertanding. Seiring dengan itu, ia menggiatkan pelatihan lima sampai enam hari seminggu dan memasuki kompetisi tahun lalu di Cabang Flowery, Newnan, Gainesville, Savannah, dan South Carolina.
Kulsoom, yang pindah ke Atlanta dari Florida pada tahun 1999, selalu menutupi tubuhnya selama kompetisi lokal. Namun, tiap kali, ia harus adu argumentasi dengan panitia sebelum akhirnya diperkenankan berlaga dengan jilbabnya.
Upaya Kulsoom menggolkan jilbab di arena angkat besi disambut gembira Komite Hubungan islam-Amerika (CAIR). "Kami menyambut keputusan penting dalam mendukung inklusi lebih besar dalam kompetisi atletik dan mendesak wakil-wakil dari badan-badan internasional lainnya untuk mengambil langkah yang sama. Kami berterima kasih kepada Komite Olimpiade Amerika Serikat untuk membantu memberdayakan atlet muslim perempuan dan untuk mengambil berdiri dalam mendukung tradisi Amerika keragaman agama," demikian keterangan resmi lembaga ini.