Senin 18 Jul 2011 23:29 WIB

Perdamaian Afghan yang Masih Mengambang

Red: cr01
Ketua Dewan Tinggi Perdamaian Afghanistan, Burhanuddin Rabbani (tengah), Sekjen PBNU Marsudi Suud (kiri), dan Penasehat Presiden Afghansitan, Al Haj Waheedullah Sabawon(kanan), menyampaikan keterangan kepada wartawan saat forum Consultation Forum for Peace
Foto: Antara
Ketua Dewan Tinggi Perdamaian Afghanistan, Burhanuddin Rabbani (tengah), Sekjen PBNU Marsudi Suud (kiri), dan Penasehat Presiden Afghansitan, Al Haj Waheedullah Sabawon(kanan), menyampaikan keterangan kepada wartawan saat forum Consultation Forum for Peace

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sebuah langkah mulia digelar Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PB NU) untuk mendamaikan fraksi-fraksi Afghanistan yang masih belum bisa bersatu, dengan menggelar sebuah forum konsultasi dan mediasi. Acara yang bertajuk Consultation Forum for Peace in Afghanistan ini diselenggarakan selama dua hari di sebuah hotel berbintang di ibukota Jakarta, 18-19 Juli.

Menurut Sekretaris Jenderal PBNU, Marzuki Syuhud, sebagai sebuah ormas Islam terbesar di Indonesia dan terlibat dalam pendirian Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), NU merasa tergugah untuk menyebarkan perdamaian di Afghanistan. Apalagi Indonesia dianggap berhasil mengatasi konflik di berbagai wilayah seperti di Ambon dan Aceh.

"Kami ingin memberikan gambaran bagaimana rahmatan lil alamin-nya Islam. Bahwa setiap konflik bisa diselesaikan dengan musyawarah, tidak harus dengan pedang dan senjata," kata Marzuki.

Marzuki mengatakan, walau bentuk, akar, dan model konflik di Indonesia dan Afghanistan berbeda, namun pada dasarnya semua bisa diselesaikan tanpa senjata. Oleh sebab itu, ketika NU menawarkan semua fraksi di Afghanistan untuk bertemu dan berdialog di Indonesia, mereka setuju untuk mengirim delegasi.

"Walau terdapat ketidaksamaan model konflik di Afghanistan dan Indonesia, tapi dengan bertemu dan bermusyawarah, segala sesuatu bisa diselesaikan. Tak perlu angkat senjata," tegas Marzuki, Senin (18/7).

Delegasi Afghan yang hadir dalam acara ini sebanyak 20 orang dari semua fraksi yang bertikai, termasuk Taliban dan unsur pemerintah. Bahkan mantan Presiden Afghanistan, Burhanuddin Rabbani, turut hadir dalam acara "ishlah" ini. Sedangkan peserta dari Indonesia berjumlah 60 orang, diwakili oleh beberapa Pengurus Wilayah (PW) NU—terutama yang berasal dari bekas-bekas wilayah konflik seperti Aceh, Ambon dan Sulawesi Tengah.

Rabbani bahkan memuji inisiatif NU yang tulus ikhlas mencoba mendamaikan para pihak yang bertikai di negara yang terus-menerus dikoyak perang tersebut. "Kami sangat berterima kasih kepada NU atas upaya yang mulia ini. Kami harap dengan kedatangan kami ke Indonesia, suara rakyat Afghanistan yang tertindas selama ini bisa terdengar oleh seluruh masyarakat Indonesia dan dunia," kata Rabbani dalam konferensi pers, usai pertemuan sesi pertama.

Selain Rabbani, konferensi pers pertama ini dihadiri oleh seluruh fraksi Afghanistan baik dari etnis Tajik, Pashtun, Hazara, LSM, maupun perwakilan suku. Sayang, dua wakil Taliban yang hadir dalam acara ini tidak mengikuti konferensi pers. Padahal kelompok ini dianggap memiliki peran vital dalam eskalasi konflik Afghan.

"Entahlah, kenapa pihak Taliban tidak ikut serta dalam konferensi pers ini. Padahal suara mereka perlu didengar. Saya khawatir kalau Taliban tidak ikut bicara, pertemuan yang bertujuan mulia ini takkan mencapai hasil optimal," ujar salah seorang peserta dari unsur NU, yang enggan disebutkan namanya.

Menurut dia, pertemuan ini memang baru awal. Jalan perdamaian hakiki masih panjang dan berliku. Namun paling tidak, upaya ini merupakan langkah awal untuk menciptakan perdamaian di Afghanistan.

Hal ini diakui pula oleh Deputi Menteri Pendidikan Afghanistan, Shafiq Samim, yang turut hadir mewakili pemerintahan Hamid Karzai. "Ini baru pertemuan awal, masih sebatas penjajakan. Namun langkah ini telah menunjukkan sebuah kemajuan dalam mengakhiri konflik berkepanjangan di Afghanistan," ujarnya.

Menurut Samim, sebagai wakil pemerintah, ia mengakui bahwa perdamaian Afghanistan tidak bisa diciptakan dalam sekejap. Jalan yang ditempuh masih teramat panjang. "Namun kami berterima kasih kepada NU yang telah berupaya mempertemukan kami," imbuhnya.

Samim berharap dalam pertemuan-pertemuan selanjutnya akan tercapai sebuah kesepakatan dan rekonsiliasi bersama untuk mengakhiri konflik dan menciptakan perdamaian di Afghanistan.

Samim tak menampik jika forum konsultasi ini terkait pula dengan rencana penarikan pasukan asing pimpinan AS dari bumi Afghan. Pasalnya, masih terjadi polemik yang cukup panas di masyarakat Afghanistan terkait masalah ini.

Sebagian pihak terutama pemerintah masih berharap pasukan AS dan kroni-kroninya tetap berada di Afghanistan sehingga pasukan keamanan yang dibentuk benar-benar dapat diandalkan untuk mengawal proses reformasi. Sementara sebagian lain terutama Taliban, meminta semua pasukan asing segera hengkang.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement