REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Militan wilayah Kaukasus Utara yang bergolak berencana melancarkan aksi teror "besar" di luar Moskow. Demikian dikatakan Kepala Badan Keamanan Negara Rusia, FSB, kepada Presiden Dmitry Medvedev, Senin (18/7).
"Salah satu aksi teror besar digagalkan di kawasan Moskow beberapa hari lalu," kata kepala FSB, Alexander Bortnikov, kepada pemimpin Kremlin tersebut.
Menurut Bortnikov, badan keamanan telah menangkap empat orang dari Kaukasus Utara karena para militan tersebut berencana menyerang tempat-tempat umum dan "sarana angkutan" di kawasan Moskow. "FSB juga menyita sejumlah bom yang setara 10 kilogram TNT, senjata dan peta," ujarnya.
Dalam enam bulan terakhir, Rusia dilanda 169 kejahatan yang terkait dengan teror, termasuk 110 di kawasan Kaspia, Dagestan, yang mengalami sebagian besar kekerasan mematikan. FSB kehilangan 95 aparat selama kurun waktu itu, sementara 200 lainnya terluka.
Kremlin hingga kini masih berusaha mengatasi gerilyawan Muslim di Kaukasus Utara, satu dasawarsa setelah pasukan federal mendongkel dominasi separatis di Chechnya.
Serangan bom bunuh diri yang dilancarkan oleh seorang pelaku dari Kaukasus Utara menewaskan 37 orang di bandara terpadat Rusia, Domodedovo, pada Januari lalu. Serangan itu membuat Presiden Rusia Dmitry Medvedev memecat sejumlah pejabat kepolisian tingkat menengah dan mengarah pada pendongkelan para manajer senior Domodedovo.
Pemboman bunuh diri itu diklaim oleh Doku Umarov, pemimpin Emirat Kaukasus yang melancarkan serangan-serangan di Chechnya dan wilayah lain yang berpenduduk Muslim di Kaukasus Utara. Amerika Serikat memasukkan Emirat Kaukasus ke dalam daftar kelompok teroris karena serangan-serangannya dalam upaya mengusir pemerintah Rusia dari kawasan Kaukasus Utara.
Emirat Kaukasus, yang juga dikenal sebagai Imarat Kavkaz atau IK, dituduh melakukan sejumlah serangan yang mencakup serangan terhadap kereta api Rusia berkecepatan tinggi pada November 2009 dan pemboman bunuh diri di luar Kementerian Dalam Negeri Chechnya pada Mei 2009.