REPUBLIKA.CO.ID,BUENOS AIRES - Hanya sedikit pemain sepak bola yang bisa mencontoh jejak kesuksesan ayah dan kakek moyangnya. Bahkan, anak yang lahir dari gen seorang Diego Maradona pun harus menerima kenyataan hanya mampu menjadi pemain sepak bola pantai.
Namun, seorang Diego Forlan mampu mematahkan semua mitos itu. Dia mampu membuktikan bahwa gen kesuksesan orang tua mampu dia wariskan dalam karier sepak bola. Gelar juara Copa America 2011 jadi perlambang kesuksesan klan Forlan.
Sebelumnya sang ayah, Pablo Forlan, mengangkat piala juara Copa America tahun 1967. Pablo Forlan kala itu menjadi benteng kokoh di jantung pertahanan Uruguay dalam meladeni gempuran Argentina. Di akhir pertandingan, Pablo berhasil tampil di tangga juara.
Delapan tahun sebelum pencapaian sang ayah, kakek Diego Forlan, Juan carlos Carazo juga berhasil mewariskan sebuah gelar Copa America bagi Uruguay. Bedanya, Carazo meraih gelar dengan otak sebagai seorang pelatih tim Uruguay.
Warisan Ayah Kakek
Warisan kekuatan fisik sang ayah dan intelegensia dari kakek itu membawa berkah bagi Diego Forlan. Dua bekal yang tertanam nyata di gen Diego sepanjang mengarung karier sepak bolanya.
Kaki kanan dan kirinya kuat laksana fisik sang ayah. Bekal fisik ini dia buktikan dalam laga final Copa America 2011 melawan Paraguay. Tendangan keras kaki kirinya yang bersarang telak di gawang kiper Paraguay, sekaligus menggandakan keunggulan.
Sedangkan, bekal intelegensia dari sang kakek tergambar nyata dalam prosesi gol ketiga Uruguay. Melihat Villar maju untuk menutup ruang tembak, Forlan dengan cerdik hanya menepatkan bola pelan ke pojok gawang. Uruguay pun menang 3-0 dan Forlan jadi bintang kemenangan.
“kakek saya memenangkan piala itu, ayah saya juga, sekarang saya sendiri yang mampu melakukannya. Ini adalah kebanggaan keluarga,” tutur Forlan seusai pertandingan seperti dikutip Goal.
Prestasi Forlan
Tidak hanya Copa America, Forlan juga berhasil melengkapi capaian pribadinya dengan mencatat rekor penampilan terbanyak bersama tim nasional Uruguay lewat 82 caps. Dua golnya di final melawan Paraguay juga membawanya menjadi pemain tersubur sepanjang sejarah Uruguay dengan membukukan 32 gol. Capaian pribadi itu menempati Diego Forlan selangkah lebih sukses dari Pablo dan Carazo.
Hal yang membedakan Forlan dengan para pendahulunya yakni urusan umur. Bila sang ayah meraih prestasi dari usia muda, Forlan baru meraih piala Copa America saat usianya menginjak 32 tahun. Kendati begitu, Forlan belum mau mengikuti jejak sang kakek untuk menjadi seorang arsitek tim. Baginya masih banyak target yang belum dicapai, termasuk karier di level klub dan gelar Piala Dunia.
Untuk urusan klub, Forlan kini tercatat sebagai pemain utama klub Atletico Madrid. Di klub asal ibu kota Spanyol itu, Forlan sukses mengepak 74 gol dari 134 penampilan. Dia juga sukses mengantarkan Atletico merengkuh gelar bersejarah yakni, Piala Liga Eropa pertama, lewat dua golnya.
Prestasinya diteruskan Forlan di Piala Dunia 2010 Afrika Selatan. Lima gol yang dia cetak plus tiket semifinal bagi Uruguay cukup menjadikan pria kelahiran Montevideo pada 19 Mei 1979 ini sebagai yang terbaik di Piala Dunia.
Terlahir Kembali
Prestasi optimal itu sempat membuat Forlan meredup musim ini. Entah karena usia atau dilanda keletihan, Forlan mulai jarang mengepak gol bagi Atletico dan Uruguay. Forlan pun mandul di Copa America 2011 dengan tidak mampu mencetak satu gol pun hingga partai final.
Namun di final, dia seperti terlahir kembali lewat semangat juara khas klan Forlan. Kembali, dia jadi pahlawan lewat ketajamannya di lini depan, sekaligus mengantarkan Uruguay menjadi raja America sepanjang massa.
Bila sang kakek meraih title ke 10, sedangkan ayahnya meraih gelar ke 11, maka Forlan melengkapinya di angka 15. Sebuah dejavu pencapaian Pablo mampu diikuti Diego yakni menuntaskan paceklik gelar.
Diego Forlan mecairkan dahaga gelar Uruguay selama 16 tahun, sementara Pablo menuntaskan puasa Le Celeste selama delapan tahun. Uniknya gelar terakhir sebelum pencapaian Pablo dicetak oleh kakek Forlan Juan Carlos Carazo.
Dengan segala pencapaian yang nyaris sama, masih ada sebuah tugas maha besar yang belum mampu dituntaskan Forlan yakni meneruskan klan Forlan. Hingga kini, Diego masih betah melajang dan belum mampu menghasilkan seorang gen Forlan baru.
Untuk urusan ini, Diego tidak terlalu ambil pusing. “Saatnya kini adalah untuk bersenang senang. Kami semua pantas merayakan kesuksesan dengan berpesta,” pungkasnya.