REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Mogoknya pilot Garuda yang tergabung dalam Asosiasi Pilot Garuda (APG), Kamis (28/7), dinilai sebagai hal yang tak masuk akal.
"Kalau permasalahannya masih berkisar soal gaji, aksi mogok itu kurang masuk akal," kata Direktur Jenderal (Dirjen) Perhubungan Udara, Herry Bhakti, saat dihubungi, di Jakara, Kamis.
Menurut dia, wajar jika sistem penggajian pilot asing berbeda dengan lokal. Berdasarkan data PT Garuda Indonesia Tbk, gaji pilot lokal berstatus tetap, lebih besar dibanding pilot asing kontrak. "Jadi, pilot asing kontrak lebih besar sedikit tidak masalah," katanya.
Sebelumnya, ilustrasi gaji Garuda yang beredar di kalangan pers menyebutkan, gaji pilot lokal per bulan Rp 47,7 juta, sedangkan pilot asing Rp 68,8 juta dengan kurs Rp 8.100 per dolar AS Uang "terbang" untuk pilot lokal Rp10 juta dengan asumsi 60 jam terbang per bulan, namun penerbang asing tidak dapat.
Selain itu, pilot lokal masih menerima "gaji" lain seperti tunjangan hari raya (THR) dan lain-lain untuk pilot lokal sebesar 3,5 x gaji per tahun atau Rp 13,9 juta per bulan.
Pilot asing tidak mendapatkannya.
Dengan demikian, total tunai gaji per bulan, pilot lokal rata-rata mendapatkan Rp 71 juta dan Rp Rp 68,8 juta (pilot asing).
Sedangkan total tunai per tahun yang diterima pilot lokal rata-rata mencapai Rp 860 juta, sedangkan pilot asing hanya Rp 826 juta.
Tidak hanya itu, pilot lokal masih mendapatkan tunjangan pensiun, kesehatan dan lain-lain sebesar Rp 12,3 juta setiap bulan. Dan pilot asing cuma mendapat Rp 2,25 juta per bulannya.
Khusus untuk pilot asing memang diberi tunjangan perumahan atau tempat tinggal sebanyak Rp10 juta per bulan. Kendati pilot lokal tak mendapatkannya, tetapi pilot asing hanya dikontrak selama 12 kali gaji (satu tahun).
Ketika ditanya apakah mogok itu mencoreng citra Garuda, Dirjen Perhubungan Udara menilai kisruh APG dan manajemen tak sampai mencoreng citra Garuda. "Tidak sampai coreng citra. Karena ini kan negara demokrasi.Kita harus hargai APG dan manajemen mau dialog," katanya.
Menurutnya, dialog jauh lebih bagus daripada mogok. "Kecuali jika musyawarah sudah dilakukan namun belum tercapai hasil kesepakatan. Barulah mogok," katanya.
Penerbangan delay
Selain itu, ia juga membenarkan akibat mogok setengah hari pilot APG menyebabkan 13 penerbangan tertunda (delay). "Ada di tiga kota, Makasar, Palembang dan Balikpapan. Tapi itu cuma 'delay'. Sekarang sudah berangkat semua," katanya.
Data yang dikeluarkan Angkasa Pura II menyebutkan sedikitnya 13 penerbangan yang sempat delay antara lain GA 114 Jakarta - Palembang, GA 866 Jakarta-Balikpapan dan GA 182 Jakarta - Medan. Selain itu, GA 402 Jakarta-Denpasar, GA 533 Jakarta-Medan, GA 111 Jakarta-Palembang, GA 181 Jakarta-Medan, GA 611 Jakarta-Ujung Pandang, dan GA 641 Jakarta-Ampenan-Ujung Pandang. Termasuk juga, GA 117 Jakarta-Palembang, GA 407 Jakarta-Denpasar, GA 185 Jakarta-Medan, dan GA 188 Jakarta-Medan.