REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN-- Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, berharap peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus tidak sekadar sebagai agenda rutin yang bersifat seremonial.
"Bagaimana pemerintah maupun rakyat melakukan perenungan bahwa perjuangan meraih kemerdekaan merupakan harga diri bangsa, itu yang semestinya menjadi hal yang paling utama," katanya, Rabu.
Ia mengatakan pemerintah dalam memperingati Hari Kemerdekaan 17 Agustus juga harus bisa memaknai para pendiri bangsa dalam berjuang, dimana sejak 1908 sudah menuntut untuk merdeka.
Menurut Sultan, peringatan HUT Kemerdekaan RI juga seharusnya menjadi tempat introspeksi agar perjuangan tersebut bisa dilanjutkan oleh generasi penerus bangsa.
"Seharusnya 17 Agustus bisa memiliki nilai dalam perenungan setiap rakyat maupun setiap pejabat negara, yakni bagaimana kemerdekaan itu hakiki bagi setiap manusia dan mempunyai makna. Mestinya pejabat jangan korupsi dan menyalahgunakan wewenang, dan hukum harus diberlakukan dengan adil," katanya.
Ia mengatakan Bangsa Indonesia saat ini tidak mau mengerti mengenai perjuangan para pendahulu yang tanpa pamrih ingin membangun integritas sebagai suatu bangsa. "Tidak mau mengerti mengenai perjuangan tersebut dapat terlihat dari berbagai perilaku yang melibatkan para pejabat negara yang tidak mencerminkan keikhlasan untuk mengabdi," katanya.
Mestinya, kata gubernur DIY, kalau memaknai HUT Kemerdekaan RI 17 Agustus, pada aspek sifat-sifat kejuangan dan keikhlasan untuk mengabdi hendaknya jangan korupsi atau menyalahgunakan wewenang.
"Oleh karena itu, hak asasi harus ditegakkan, begitu pula hukum juga harus ditegakkan," katanya. Dengan demikian, kata Sultan, peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus tidak hanya formalitas, tetapi memiliki isi, karena punya kesadaran untuk menegakkan kebenaran dalam upaya membangun bangsa dengan utuh.
"Kini saatnya seluruh anak bangsa introspeksi dan ikhlas dalam membangun negeri, bukan untuk kepentingan diri sendiri, tetapi untuk kepentingan bangsa dan negara," katanya.