REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Ketika negara-negara besar dunia, termasuk Inggris dan Prancis, mengaku belum mengetahui keberadaan Muammar Qaddafi, Pentagon justru memberi sinyal Qaddafi masih berada di Libya. Padahal, kelompok oposisi Libya pun mengatakan belum secara pasti mengetahui nasib Qaddafi.
"Saya rasa cukup fair kalau kami meyakini Qaddafi masih berada di Libya," ungkap Kol. Dave Lapan, jurubicara Pentagon. "Atas dasar apa kami mengatakan itu? Sekali lagi, ini cuma keyakinan. Kami belum memiliki informasi apapun yang menyebutkan Qaddafi sudah meninggalkan Libya," ujar Dave.
Qaddafi terakhir berbicara kepada publik, Ahad (21/8) lalu melalui sebuah pesan suara yang meminta warga Libya untuk menjaga Tripoli dari kelompok oposisi. Sejak hari itu, dua putra Qaddafi, Seif al-Islam dan Saadi, ditangkap.
Keyakinan Pentagon itu berbeda dengan tanggapan kelompok oposisi Libya. Mustafa Abdel-Jalil, pemimpin oposisi Libya, Dewan Transisi Nasional (NTC). Meski menegaskan era Qaddafi sudah berakhir, namun Abdel-Jalil mengaku belum mengetahui secara pasti soal keberadaan Qaddafi. "Bab al-Aziziya, yang diduga jadi sekitar persembunyian Qaddafi, dan daerah sekitarnya, masih di luar kendali kami," ujarnya.
Senada dengan itu, pemimpin Inggris dan Prancis pun belum memiliki informasi keberadaan Qaddafi. "Kami belum punya informasi apakah Qaddafi masih di dalam atau sudah di luar Libya," ungkap Menlu Prancis Alain Juppe. Begitu pula dengan Perdana Menteri Inggris, David Cameron.