REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Palestina harus memanfaatkan betul momentum 2011 untuk merdeka. Mereka bisa mendapat pengakuan keanggotaan penuh dari PBB bila tak ada aral melintang.
"Tahun 2011 merupakan tahun yang sangat krusial bagi Palestina untuk memperoleh pengakuan internasional, karena di tahun ini masyarakat internasional sedang fokus untuk mengatasi masalah global. Sedangkan tahun 2012, dunia akan terpusat ke pemilihan presiden di Amerika Serikat," kata Direktur Eksekutif ASEAN Foundation Dr. Makarim Wibisono dalam diskusi Negara Palestina dan PBB.
Di atas kertas, Palestina mempunyai posisi yang kuat untuk mendapatkan pengakuan internasional dalam Majelis Umum PBB karena mendapatkan dukungan dari negara-negara anggota Gerakan Non-Blok, Liga Arab, Organisasi Konferensi Islam dan Kelompok Afrika.
Palestina harus mendapatkan setidaknya dua per tiga suara di Majelis Umum PBB atau minimal 128 suara dari 193 negara anggota PBB agar diakui di PBB.
Sekarang, 140 negara di dunia telah menyatakan dukungan mereka terhadap keanggotaan Palestina di PBB sebagai negara yang merdeka. Namun, dukungan dunia internasional dapat dengan mudah dipatahkan dengan veto AS sebagai anggota DK PBB. Hal itu menunjukkan dukungan dari dunia internasional sepertinya tidak dapat menerobos friksi dari AS untuk mewujudkan perdamaian di Palestina.
Dalam Ilmu Fisika, friksi adalah gaya yang muncul dengan arah gerakan yang berlawanan dengan arah gerakan benda.
Satu pertanyaan yang muncul adalah apakah friksi dari AS akan lebih besar dari laju momentum kebangkitan Palestina dan suara dunia internasional di Majelis Umum PBB?
Menanggapi pendapat tentang kekuatan AS yang besar untuk mengeluarkan veto untuk Palestina, Dubes Mehdawi mengatakan," Tuhan mempunyai kekuatan yang lebih besar. Dan kami percaya kepada-Nya".