REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK - Mantan presiden Amerika Serikat Bill Clinton mencemooh Perdana menteri Israel Benyamin netanyahu sebagai 'tak pernah menganggap penting perundingan damai Israel-Palestina'. "Perspektif Perdana Menteri tentang perundingan adalah tak akan menyerah dalam soal Tepi Barat," katanya.
Ia menyatakan, kunci perdamaian Timur Tengah ada pada Netanyahu. "Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bertanggung jawab atas ketidakmampuan untuk mencapai kesepakatan damai yang akan mengakhiri konflik antara Israel dan Palestina," katanya, dalam ajang Clinton Global Citizen Award 2011.
Padahal, kata mantan presiden AS yang dikutip oleh Foreign Policy, jika Israel berunding dengan Palestina dan mencapai kompromi, maka perdamaian segera terwujud di Timur Tengah. "Raja Arab Saudi pasti akan memimpin negara-negara Arab untuk berkata pada Israel, 'Jika Anda bekerja sama dengan Palestina, maka kami akan memberikan Anda segera tidak hanya pengakuan saja, tetapi juga kemitraan politik, ekonomi, dan keamanan."
Namun, bagi Netanyahu, perundingan damai hanya berarti 'membicarakan batas dan tak mau kehilangan Tepi Barat'. "Inilah yang terjadi, dan setiap publik AS harus tahu tentang ini, agar mereka tahu dimana posisi kita," katanya.
Clinton juga mengatakan dia merasa Palestina akan menerima kesepakatan yang ditolak oleh mantan Presiden Yasser Arafat PA pada tahun 2000 dalam perundingan dengan Perdana Menteri Ehud Barak.