REPUBLIKA.CO.ID, SAN FRANSISCO – Menyudutkan, menghina atau berkomentar miring tentang Israel di Amerika Serikat bisa menuai konsekuensi hukum. Sepuluh mahasiswa Muslim diganjar tiga tahun hukuman percobaan, Jumat (23/9) karena dianggap mengganggu pidato seorang diplomat Israel di Universitas California.
Keputusan pengadilan itu kontang memicu kemarahan grup-grup hak asasi sipil, demikian laporan San Fransisco Chronicle. "Sungguh tak bisa dipercaya," ujar direktur Dewan Syura Islami Californai Selatan, Shakeel Syed.
"Sepertinya hati Amerika sudah mati saat ini," imbuhnya.
"Memang di UCI ada sentimen anti-Muslim cukup tinggi dan vonis ini membuat merinding bagi aktivitas kebebasan berbicara maupu berkirim pesan terutama mahasiswa Muslim, karema mereka akan diperlakukan berbeda dari mahasiswa lain yang melakukan protes," ujar deputi direktur eksekutif Dewan Hubungan Amerika Islam (CAIR) cabang Los Angeles, Ameena Mirza Qazi.
Ia mengatakan protes berapi-api yang terjadi dalam pidato pejabat Israel di kampus lain tak menghasilkan aksi disipliner baik dari rektorat maupun aparat hukum.
Juri pengadilan di Orange County memvonis sepuluh mahasiswa Muslim tiga tahun hukuma percobaan karena mengganggu pidato duta besar Israel untuk AS, Michael B. Oren, tahun lalu. Mereka juga diperintahkan Hakim Superior Orange County untuk melakukan layanan komunitas selama 56 jam.
Hakim juga memutuskan bahwa hukuman percobaan akan dikurangi menjadi setahun jika mereka telah menunaikan layanan komunitas itu sebelum 31 Januari. Sementara mahasiswa ke-11 yang juga menjadi salah satu terdakwa dibebaskan dari semua dakwaan.
Kasus itu muncul dari sebuah protes yang diorganisir Persatuan Mahasiswa Mulim di UC Irvine, pada Februari 2010. Penuntut menyatakan para mahasiswa menginterupsi pidato Oren dengan meneriakkan, "Sungguh memalukan universitas mensponsori pembunuh massal seperti anda."
Kuasa hukum terdakwa mengatakan akan mengajukan banding. Ia mengatakan para kliennya, semua mahasiswa terhormat yang telah melakukan banyak kegiatan sukarela di komunitas, memiliki hak untuk menyuarakan protes macam itu, sesuatu yang wajar di dalam kampus.
"Saya tak akan berpikir dalam mimpi buruk tergila sekalipun bahwa sikap macam itu akan disebut krimial," ujar salah mahasiswa Mohamed Qureashi. Namun mahasiswa berdarah Pakistan itu mengatakan terlepas dari vonis itu ia tetap bangga menjadi warga Amerika.
Mahasiwa Muslim California telah lama mengeluhkan pengawasan pelik yang kiat ketat dari manajemen kampus ketimbang grup studi lain. Mereka juga kerap menghadapi bahasa kasar. Pada 2009 mereka diganggu dengan poster besar di kampus yang membandingkan Persatuan Mahasiswa Muslim dengan Hamas dan Hisbulah. Bahkan dalam sebuah brosur dimasukkan pula foto sejumlah mahasiswa.