REPUBLIKA.CO.ID, SOLO - Yohana (25) dan Yohanes (27) masih trauma. Pasangan suami-isteri, termasuk yang paling awal mengetahui kejadian bom bunuh diri yang terjadi di gereja di seberang rumahnya, Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Keponton.
Begitu terjadi bunyi ledakan memekakkan telinga, keduanya sontak keluar rumah, menuju lokasi kejadian.
Begitu mendatangi lokasi kejadian, keduanya melihat puluhan orang terluka. Darah berceceran sekitar pintu masuk gereja. Sesosok manusia dalam kondisi terkapar dengan perut hancur.
ia melihat kepanikan luar biasa dari para jamaah. Merteka berteriak, berlari bingung, dan menangis.
Melihat kejadian ini, Yohana dan Yohanes kembali ke rumah. Mereka langsung melarikan kedua anaknya, diungsikan ke rumah nenek mereka. ''Saya tidak mau anak-anak saya melihat kejadian ini. Saya tak rela anak-anak kami melihat kejadian mengerikan ini,'' kata Yohana.
Yohana-Yohanes mestinya ikut kebaktian jemaat pada sesi kedua pukul 09.00 WIB. Berhubung salah satu anaknya menderita sakit panas, niat keduanya diurungkan dan diputuskan ikut kebaktian sesi ketiga pukul 17.00 WIB. ''Kalau anak saya tidak sakit, dan saya ikut kebaktian sesi kedua bisa jadi ikut jadi korban,'' kata Yohana.
Keduanya, kini masih syok. Katanya, sekujur tubuh rasanya linu dan lemas. "Kalau mau melakukan sesuatu rasanya malas. Adanya hanya rasa takut saja," katanya.