Selasa 25 Oct 2011 07:53 WIB

Komisi HAM PBB Sambut Baik NTC Usut Kematian Qaddafi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Kantor hak asasi manusia PBB hari Senin menyambut baik pengumuman Libya mengenai pembentukan komisi yang akan menyelidiki pembunuhan presiden terguling Muamar Gaddafi, yang telah menjadi isu kontroversial.

"Kami menyambut baik pembentukan komisi penyelidik," kata Ravina Shamdasani, juru bicara Ketua Komisi Tinggi PBB Urusan Hak Asasi Manusia. "Kami menekankan pentingnya memastikan bahwa proses yang benar diikuti, sesuai dengan hukum internasional, dalam memperlakukan semua tahanan," katanya.

Juru bicara itu juga mengulangi seruan Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon kepada semua pihak dalam konflik agar menghindari pembalasan. "Ini bukan waktunya untuk melakukan pembalasan, namun untuk perbaikan dan pembangunan kembali," tambahnya.

Sehari sebelumnya, Minggu, Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton mengatakan, Washington mendukung penyelidikan yang mungkin dilakukan PBB atas kematian pemimpin Libya Muamar Gaddafi.

"Saya sangat mendukung penyelidikan baik yang dilakukan PBB maupun Dewan Transisi Nasional (NTC)," kata Hillary pada program NBC "Meet the Press", menunjuk pada penguasa sementara Libya.

"Anda tahu, saya rasa penting bahwa pemerintah ini -- upaya ini menuju sebuah negara Libya yang demokratis -- dimulai dengan aturan hukum, dimulai dengan pertanggungjawaban," katanya.

Keresahan internasional semakin meningkat berkaitan dengan kondisi tidak jelas seputar kematian Gaddafi yang tampaknya dieksekusi, setelah kota asalnya Sirte dikuasai pasukan NTC pada Kamis (20/10).

Sehari setelah Gaddafi tewas, Ketua Komisi HAM PBB Navi Pillay mengatakan, kondisi seputar kematian pemimpin terguling Libya itu tidak jelas dan penyelidikan harus dilakukan.

"Mengenai kematian Gaddafi kemarin, keadaannya masih tidak jelas," kata Pillay, melalui juru bicaranya, Rupert Colville, Jumat (21/10). "Ada empat atau lima versi berbeda mengenai bagaimana ia tewas," katanya.

"Harus dilakukan penyelidikan mengenai apa yang kita lihat kemarin," tambah juru bicara itu. Ada tanda tanya yang belum terjawab seputar kematian Gaddafi -- rekaman gambar ponsel tampaknya menunjukkan ia ditangkap dalam keadaan berdarah-darah namun masih hidup dan kemudian dibunuh oleh para penangkapnya.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov juga menyerukan penyelidikan internasional atas kematian pemimpin kawakan Libya itu. "Gambar yang kami lihat di televisi menunjukkan bahwa ia ditahan ketika terluka, dan kemudian, ketika sudah menjadi tahanan, ia dibunuh," katanya, Jumat (21/10), dalam wawancara yang disiarkan langsung di radio. Lavrov mendesak penyelidikan internasional atas pembunuhan itu dan menambahkan, Rusia "yakin penyelidikan semacam itu akan dilakukan".

Para pejabat Dewan Transisi Nasional (NTC) mengatakan, Muamar Gaddafi tewas selama pertempuran untuk menguasai kota tempat asalnya, Sirte, pada Kamis (20/10). Namun, beberapa negara besar Barat yang mendukung pemberontak Libya menguasai Tripoli dua bulan lalu mengatakan, mereka masih mencari konfirmasi mengenai kebenaran berita itu.

Gaddafi menjadi buronan sejak NTC menguasai ibu kota Libya, Tripoli, pada Agustus, dan ia berhasil menghindari penangkapan meski pasukan NTC memperoleh sejumlah petunjuk mengenai lokasinya.

Ia berulang kali melontarkan janji-janji untuk melanjutkan perang, ketika semakin banyak negara mengakui NTC sebagai pemerintah yang berkuasa di Libya. Gaddafi (68), pemimpin terlama di dunia Arab dan telah berkuasa selama empat dasawarsa, bersikeras akan tetap berkuasa meski ia ditentang banyak pihak.

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement