REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Ari Dwipayana mengatakan, politisi muda yang muncul ke permukaan saat ini belum matang. Ini lantaran proses pematangannya dibuat instan.
"Kebanyakan politisi muda, seperti Puan dan Ibas muncul lebih karena darah biru. Kemunculannya pun karbit atau dimatangcepatkan. Tapi belum teruji dalam satu proses kerja politik," katanya ketika dihubungi Republika, Senin (31/10).
Ini terjadi lantaran proses politik di partai tidak membuka ruang untuk anak muda yang berprestasi. Entah itu berasal dari gerakan mahasiswa atau LSM.
Yang muncul, lanjutnya, justru anak politisi muda karbitan yang tidak dididik dengan kerja politik. Tapi lebih karena dimunculkan oleh oligarki politik yang sebenarnya masih dikuasai generasi tua.
"Proses politik masih dikendalikan generasi tua. Kita lihat saja hampir semua ketua umum partai, kecuali PKB dan Demokrat, di atas 50 tahun. Makanya, ketika dilakukan survei yang muncul adalah para pengendali partai," papar dia.
Proses pengendalian partai pun masih dikendalikan orang tua. Peluang anak muda tidak dibuka karena masih ditentukan para seniornya. Makanya, generasi muda pun masih menjadi golongan menengah yang kurang diperhitungkan, bukan golongan utama yang menjadi penentu keputusan.
"Ini yang menjadi masalah partai, yaitu lemahnya kaderisasi dan tidak adanya sistem kompetisi terbuka untuk menguji anak muda. Sehingga, anak muda harus berhadapan dengan darah biru yang tumbuh subur di partai yang berdasarkan oligarki," kata Dwi.
Ia mencontohkan Budiman Sujatmiko yang harus berhadapan dengan Puan Maharani di PDI Perjuangan. Dipastikan Budiman akan kalah karena tidak memiliki kedekatan personal dengan pengendali partai. Tidak adanya kedekatan itu yang dinilai membuat kiprah politik dan popularitas politisi muda jadi tidak terlihat.
"Ada proses kompetisi di partai yang tidak berjalan bagus. Jadi mereka tidak punya akses kuat di politik partai. Mereka tersisih. Namanya akan kalah dengan Puan, dengan Edi Baskoro. Karena ukuran yang dipakai bukan kerja politik," tegas Dwi.
Karena belum matang, politisi muda yang muncul di permukaan pun tidak memberikan kinerja yang maksimal. Tak heran jika kemudian belakangan ada survei yang mengenai banyaknya politisi muda yang tersandung kasus korupsi.
Meskipun Dwi menilai survei itu tidak cukup valid karena tidak mencakup politisi muda yang tidak muncul di permukaan dan justru memiliki kinerja cemerlang.