REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH - Minggu (30/10) tepat pukul 8.00 pagi, 351 orang WNI Bermasalah yang terdiri dari 346 penumpang dewasa, 3 anak-anak dan 2 bayi, mulai berbaris berkelompok di halaman Madinatul Hujjaj, Bandara Lama Jeddah.
Mereka, seperti dituturkan Achmad Fauzy Chusny dari Penerangan dan Sosbud Konsul Jendral RI di Jeddah, dikelompokkan menurut manifes yang dikeluarkan jawazat. Untuk diketahui, jawazat adalah dinas keimigrasian Arab Saudi.
Setiap kelompok rata-rata terdiri dari sepuluh orang. Satu persatu mereka dipanggil oleh petugas tim pemulangan KJRI Jeddah/KBRI Riyadh guna memastikan mereka tertera pada dokumen perjalanan yang dikeluarkan otoritas Indonesia dan Arab Saudi.
Para WNI bermasalah ini akan diterbangkan sebuah pesawat Garuda bernomor penerbangan GA9292. Tentu saja mereka akan pulang ke tanah airnya, Indonesia.
Di bawah sengatan teriknya sinar mentari, sambil menunggu mereka diberangkatkan ke Bandara King Abdulaziz, Jeddah, Konjen RI Jeddah, Zakaria Anshar, menyampaikan pesan perpisahan pada mereka.
Zakaria setia mendampingi para WNI yang jika tidak menghadapi masalah keadministrian mungkin akan menyandang "pahlawan devisa" itu.
“Terima kasih kepada seluruh bapak-ibu yang telah sabar menunggu penyelesaian seluruh proses yang diperlukan. Juga terima kasih bapak-ibu telah menjaga diri dan memelihara ketertiban selama berada di penampungan sementara Madinatul Hujjaj," kata Zakaria.
Dia menyambung, "Mantapkan niat untuk meraih kehidupan yang lebih baik bersama keluarga di tanah air. Jadikanlah pengalaman masa lalu untuk memperbaiki kehidupan yang lebih baik di masa mendatang."
Sekitar dua jam kemudian, tepatnya pukul 10.30 waktu setempat, lima bus milik jawazat memasuki halaman Madinatul Hujjaj.
Tim pemulangan WNI bermasalah kedua ini, dibantu petugas imigrasi Arab Saudi, mengatur mereka antri memasuki bus-bus tersebut. Mereka akan diangkut ke terminal Barat Bandara King Abdulaziz Jeddah.
Kepala Tarhil (penjara imigrasi Arab Saudi) Jeddah dan bawahannya berbaur dengan tim pemulangan dan relawan mukmin WNI.
Hal menggelikan terjadi. Gelak tawa pecah tiba-tiba. Gara-garanya, seorang penumpang laki-laki yang berada di barisan terakhir menaiki sebuah bus yang khusus diperuntukkan kaum hawa.
“Awas, ada penumpang susupan tidak pakai abaya,” teriak seseorang dari perempuan-perempuan itu. Abaya adalah sejenis busana khas perempuan.
Petugas jawazat mengira nama laki-laki itu perempuan sehingga dia dimasukkan dalam kelompok hawa.
Nasi sudah menjadi bubur. Manifes telah diterbitkan. Apa boleh buat lelaki itu mesti dimasukkan ke rombongan berisi para perempuan.
Kelucuan lain timbul.
Seorang perempuan menerobos kerumunan masa. Dia menghampiri petugas dan memaksa si petugas memimpin menyanyikan lagu kebangsaan "Indonesia Raya'.
Sang petugas menolak dengan halus. Katanya, di Arab Saudi tabu lho perempuan bersuara keras di alam terbuka.
Pukul 12.20 waktu Arab Saudi, lima bus Tarhil bergerak meninggalkan Madinatul Hujjaj.
Tiap seorang petugas KJRI Jeddah mengawal setiap bus hingga terminal barat yang lazim digunakan untuk mendeportasi warga negara asing bermasalah.
Setibanya di Bandara King Abdul Aziz, WNI-WNI bermasalah itu disuruh lagi berbaris berkelompok. Mereka kini akan diambil sidik jarinya sebelum menaiki pesawat.
Ini hanya untuk memastikan sang penumpang sesuai dengan data yang tertera pada manifes jawazat. Tak boleh ada penumpang gelap.
Sidik jari sudahlah diambil, satu per satu WNI-WNI bermasalah ini memasuki ruang tunggu. Selanjutnya, mereka menaiki pesawat Garuda yang akan membawa mereka pulang ke kampung halaman mereka.
Di sini, kepulangan mereka disaksikan oleh Menakertrans, Menteri Agama, Duta Besar RI di Riyadh dan Konsul Jendral RI Jeddah.