REPUBLIKA.CO.ID, LAGOS - Perompak menahan sebuah kapal minyak dengan sekitar 25 orang awaknya di lepas pantai Nigeria, kata seorang pejabat Biro Maritim Internasional, Kamis, di tengah kekhawatiran yang meningkat mengenai serangan-serangan semacam itu di Afrika barat.
"Kami yakin kapal itu dibajak dan kami yakin ada sekitar 25 orang awak," kata Cyrus Mody, seorang manajer yang berkantor di London untuk badan pengawas perompakan dunia itu, kepada AFP melalui sambungan telepon. Serangan itu terjadi pada 30 Oktober, katanya.
Kewarganegaraan awak dan keterangan terinci mengenai kapal itu belum bisa dipastikan. Seorang pejabat angkatan laut Nigeria tidak bisa mengkonfirmasi insiden tersebut. Peristiwa itu merupakan yang terakhir dari serangkaian serangan di lepas pantai Afrika barat dalam beberapa bulan ini.
Dua-puluh orang awak Eropa timur yang ditangkap perompak di lepas pantai Nigeria bulan lalu dibebaskan bersama kapal mereka sekitar sepekan kemudian. Pantai Nigeria, negara produsen minyak terbesar Afrika, telah menjadi tempat berbahaya untuk pelayaran kapal, dan risiko itu meluas dalam beberapa bulan ini hingga ke pantai negara tetangga kecil, Benin.
Pantai Benin dilanda sedikitnya 20 insiden perompakan tahun ini, sementara pada 2010 tidak terjadi pembajakan kapal sama sekali. Nigeria dan Benin meluncurkan patroli laut bersama bulan lalu dalam upaya mengatasi gelombang perompakan.
Biro maritim memperingatkan, gelombang serangan kapal di lepas pantai Afrika barat menunjukkan bahwa kawasan itu telah menjadi ajang baru perompakan, menyusul kawasan Somalia.
Perompak yang beroperasi di lepas pantai Somalia meningkatkan serangan pembajakan terhadap kapal-kapal di Lautan India dan Teluk Aden meski angkatan laut asing digelar di lepas pantai negara Tanduk Afrika itu sejak 2008.
Kapal-kapal perang asing berhasil menggagalkan sejumlah pembajakan dan menangkap puluhan perompak, namun serangan masih terus berlangsung. Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24 serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun 2008 saja.
Angka tidak resmi menunjukkan 2009 sebagai tahun paling banyak perompakan di Somalia, dengan lebih dari 200 serangan -- termasuk 68 pembajakan yang berhasil -- dan uang tebusan diyakini melampaui 50 juta dolar.
Kelompok-kelompok bajak laut Somalia, yang beroperasi di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Asia dan Eropa, memperoleh uang tebusan jutaan dolar dari pembajakan kapal-kapal di Lautan India dan Teluk Aden.
Patroli angkatan laut multinasional di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Eropa dengan Asia melalui Teluk Aden yang ramai tampaknya hanya membuat geng-geng perompak memperluas operasi serangan mereka semakin jauh ke Lautan India.
Dewan Keamanan PBB telah menyetujui operasi penyerbuan di wilayah perairan Somalia untuk memerangi
perompakan, namun kapal-kapal perang yang berpatroli di daerah itu tidak berbuat banyak, menurut Menteri Perikanan Puntland Ahmed Saed Ali Nur.
Pemerintah transisi lemah Somalia, yang saat ini menghadapi pemberontakan berdarah, tidak mampu menghentikan aksi perompak yang membajak kapal-kapal dan menuntut uang tebusan bagi pembebasan kapal-kapal itu dan awak mereka.
Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka.