REPUBLIKA.CO.ID, KUALALUMPUR -- Penculikan yang dilakukan bajak laut di Teluk Guinea dalam sembilan bulan terakhir naik 40 persen. Badan Maritim Internasional (IMB) melaporkan perairan Afrika Barat itu kini bertanggung jawab 95 persen penculikan di laut tahun ini.
Pada Kamis (15/10) media Turki, Daily Sabah, melaporkan IMB mengatakan tahun ini jumlah pelaut yang diculik di Teluk Guinea naik tajam dibandingkan tahun 2019 dengan periode yang sama. Sepanjang tahun sudah 80 pelaut yang diculik dari perairan seluas 2,3 juta kilometer persegi itu.
IMB mengatakan aksi para perompak semakin jauh dari pinggir pantai. Para bajak laut yang bersenjata api dan pisau itu menyerang semua kapal dari kapal minyak atau kargo hingga kapal nelayan.
IMB menambahkan dalam salah satu serangan dilakukan sekitar 95 mil dari pinggir pantai terdekat di perairan tersebut. IMB mengatakan penculikan 13 awak kapal itu menunjukkan 'betapa terorganisirnya dan jauh jangkauan' para bajak laut.
Para pakar mengatakan sebagian besar pelaku berasa dari Delta Niger, Nigeria. Wilayah yang memproduksi minyak paling banyak di eksportir minyak terbesar Afrika. Tapi perekonomiannya tertinggal dan pekerjaan untuk masyarakat setempat juga terbatas.
Pada 2019, Nigeria memberlakukan undang-undang mandiri untuk mengatasi bajak laut. Sebuah pengadilan di pelabuhan Port Harcourt akan menjadi pengadilan pertama yang memberikan putusan berdasarkan undang-undang tersebut.