REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Cendekiawan Muslim, Prof Dr Komaruddin Hidayat, mengatakan banyak tokoh agama dan budayawan nasional sebenarnya mendukung rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
"Tapi, mereka ingin pemerintah dan ilmuwan bisa lebih menjelaskan soal ini. Soal krisis energi yang bakal terjadi di masa depan, soal potensi energi apa saja yang dimiliki, soal risiko hingga soal bagaimana teknologi mampu mengatasi," kata Komaruddin seusai acara bedah buku "Apa Kata Mereka tentang Nuklir" di Jakarta, Selasa.
Rencana pembangunan PLTN, ujar dia, sudah memiliki dasar yang jelas dan kuat tertera dalam Undang-undang. Karena itu, pemerintah seharusnya bisa lebih tegas soal PLTN.
"Pemerintah seharusnya visioner dalam membuat langkah besar untuk kepentingan jangka panjang nasional dan bukan sekedar memenuhi kepentingan Pemilu lima tahunan," katanya.
Sementara Kepala Pusat Pengembangan Energi Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Dr A Sarwiyana Sastratenaya, mengatakan Indonesia membutuhkan kapasitas listrik hingga 35 ribu MW pada 2025.
"Dalam waktu sekejap, 14 tahun lagi kita harus sudah bangun kapasitas listrik empat kali lipat dari yang ada sekarang,'' katanya. ''Upaya apa yang harus dilakukan untuk memenuhi ini? Sulit dengan cara apapun, bahkan dengan membangun semua jenis pembangkit listrik, baik fosil maupun energi terbarukan."