REPUBLIKA.CO.ID, AMBON - Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Andi Malarangeng berhalangan menghadiri Deklarasi Pemuda Pela-Gandong yang diprakarsasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BM) se-Maluku di Ambon, Senin.
Ketua Umum Pemuda Pela-Gandong Maluku Abdul Hamid Souwakil mengatakan di Ambon, Senin, Menegpora menyampaikan permohonan maaf dan penyesalan atas ketidakhadirannya pada kegiatan tersebut.
"Saya dan Menegpora berkoordinasi melalui pesan singkat (SMS) sejak Minggu (27/11) malam, tapi karena beliau dipanggil Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke istana Senin pagi, makanya tidak bisa ke Ambon," ujarnya.
Menegpora hingga Senin (28/11) pagi masih sempat berkomunikasi melalui SMS yang meminta maaf karena dambaannya untuk menghadiri Deklarasi Pemuda Pela-Gandong diprakarsasi BEM se-Maluku pada akhirnya batal.
"Saya sungguh menyesal karena sejak awal menghargai sungguh kegiatan BEM se- Maluku yang berinisiatif, termotivasi dan menyadari sebagai bagian tidak terpisahkan dari pemuda merasa bertanggung jawab untuk berperaserta memelihara stabilitas keamanan melalui pendekatan pranata adat istiadat atau budaya lokal," ujar Hamid mengutip pesan Menegpora.
Menegpora kemudian mengutus Deputi I Bidang Pemberdayaan Pemuda Alfitra Salam untuk mewakilinya. "Kami tetap melaksanakan deklarasi sesuai program di Monumen Gong Perdamaian Dunia karena terpenting kegiatan tersebut harus terealisasi, selanjutnya disosialisasikan masing-masing BEM kepada mahasiswa agar tujuannya berhasil," tandas Hamid.
Monumen tersebut diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat perayaan Hari Perdamaian Dunia pada 25 November 2009.
Begitu pun "Deklarasi Ambon" yang dicetuskan peserta Pertemuan Pemuda Dunia untuk Perdamaian dan Harmoni( International Youth for Word Peace and Harmony) pada 30 September - 2 Oktober 2011.
"Kami (BEM se- Maluku) menindaklanjuti Deklarasi Ambon tersebut sehingga perlu diapresiasi semua komponen bangsa di Maluku karena tujuannya strategis dalam memelihara stabilitas keamanan yang memungkinkan masyarakat hidup berdampingan secara damai dan rukun sebagaimana warisan leluhur," kata Abdul Hamid Souwakil.