Kamis 01 Dec 2011 23:00 WIB

Di Papua, Polisi Selalu Jadi Violence Offocials

Rep: Bilal Ramadhan/ Red: Stevy Maradona
Sejumlah Porsonil kepolisian Mimika berjaga di Terminal Bus PT Freeport Indonesia, di Timika, Papua, Kamis (15/9). Sebanyak 900 personil gabungan TNI/Polri disiagakan untuk mengamankan aksi kogok kerja ribuan karyawan PT Freeport Indonesia.
Foto: Antara/Spedy Paereng
Sejumlah Porsonil kepolisian Mimika berjaga di Terminal Bus PT Freeport Indonesia, di Timika, Papua, Kamis (15/9). Sebanyak 900 personil gabungan TNI/Polri disiagakan untuk mengamankan aksi kogok kerja ribuan karyawan PT Freeport Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Organisasi Papua Merdeka (OPM) kerap  menyerang petugas keamanan di Papua. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menilai tidak pernah selesainya masalah di Papua karena Polri yang kerap menggunakan pendekatan kekerasan.

"Selama ini aparat kepolisian selalu mengembangkan pendekatan kekerasan dan terlihat seperti violence officials bagi masyarakat Papua," kata Ketua Komnas HAM, Ifdhal Kasim yang dihubungi Republika, Kamis (1/12).

Menurut Ifdhal pendekatan Polri yang digunakan kepada masyarakat Papua belum tepat dan harus diubah cara pendekatannya. Seharusnya Polri melakukan pendekatan yang dapat memberikan kesadaran kepada masyarakat Papua dan memperlakukan mereka secara setara dan bermartabat.

Ia menyontohkan peringatan ulang tahun OPM yang jatuh setiap 1 Desember, jangan selalu dianggap sebagai ancaman dan harus disikapi dengan cara-cara represif. Dengan cara tersebut, pasti akan disikapi dengan ketegangan dari masyarakat Papua. Pada saat pemerintahan Gus Dur, tambahnya, peringatan ulang tahun OPM disikapi hanya sebagai peringatan budaya, bukan peringatan politik.

"Yang penting kontrol dan atur serta cari solusi dari masalah OPM ini di dalam negeri. Jangan selalu menganggap Papua diobok-obok negara lain. Perlakukan mereka setara dan bermartabat sebagai bagian dari Indonesia," tegasnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement