REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR - Filipina menyerukan para gerilyawan Muslim untuk menarik diri bersama dengan Manila untuk secara resmi mengakhiri pemberontakan yang berlangsung lama di
selatan pada awal 2012. Seruan dikeluarkan pada saat kedua pihak membuka babak baru pembicaraan perdamaian Senin.
Perundingan-perundingan di Kuala Lumpur ibu kota Malaysia menandai putaran pertama pembicaraan perdamaian resmi sejak bentrokan mematikan meletus pada Oktober. Pemberontakan itu hampir menyebabkan jatuhnya seluruh upaya perdamaian.
"Atas nama pemerintah, biarkan saya sekarang menyatakan tantangan ini: mari kita menyelesaikan tugas kita dalam kuartal pertama tahun depan," para perunding Filipina Marvic Leonen, menurut salinan pernyataan pembukaan perundingan itu.
Pada awal tahun ini, pemerintah menetapkan target satu tahun untuk menuntaskan permusuhan dengan Front Pembebasan Islam Moro (MILF) yang berkekuatan 12.000 pejuang itu. Tenggat waktu tampak dalam bahaya setelah serangan Oktober di mana gerilyawan MILF menewaskan 19 tentara di pulau selatan Basilan.
Pembunuhan-pembunuhan itu menyebabkan pertempuran-pertempuran sengit di beberapa garis depan utama di selatan Pulau Mindanao. Akibat pertempuran itu sebanyak 40 tentara, polisi dan warga sipil tewas dan ribuan orang lainnya mengungsi.
Leonen mendesak MILF untuk berbuat lebih banyak guna mengendalikan "unsur-unsur pelanggar hukum" yang mengancam perdamaian. "Kami, bagaimanapun, menyeru kepada Front Pembebasan Islam Moro untuk menunjukkan lebih dari yang dikomitmenkan, lebih aktif mengidentifikasi dan membantu dalam banyak penangkapan unsur-unsur yang tidak mentaati hukum," katanya dalam pernyataan pembukaannya dalam perundingan tertutup itu.
Seorang juru bicara pemberontak tidak bisa segera bisa dihubungi untuk mengomentari perihal ini. Dalam komentar kepada AFP pada Ahad, penasehat presiden Filipina untuk perdamaian, Teresita Deles, menolak untuk berspekulasi mengenai apa yang mungkin dicapai dalam sepekan perundingan ini.
Seorang juru bicara Filipina mengatakan, pembicaraan ditetapkan untuk berakhir selama tiga hari. Kekerasan terakhir meningkatkan tekanan kepada Presiden Benigno Aquino untuk mengistirahatkan perundingan dan melancarkan perang habis-habisan melawan MILF.
Tetapi Aquino berpegang teguh, dan para perunding bulan lalu bertemu di Kuala Lumpur untuk persiapan-persiapan perundingan menjelang dimulainya kembali perundingan resmi pekan ini.
Leonen mengatakan, pemerintah tidak akan goyah dalam mengejar perundingan penyelesaian.
Pada Agustus, MILF melecehkan satu usulan pemerintah yang tidak memenuhi permintaan mereka untuk pembentukan sebuah "negara bagian" bagi minoritas Muslim. Pemberontakan diperkirakan telah merenggut sekitar 150.000 nyawa sejak dimulai pada tahun 1970-an