REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI – Sebanyak 750 kepala keluarga di Kedusunan Citalahab, Desa Hegarmanah, Kecamatan Sagaranten, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, sudah 10 tahun terakhir ini terisolir karena rusak parahnya akses menuju dusun tersebut.
"Jalan menuju pedusunan tersebut terbuat dari tanah merah dan jika turun hujan sulit dilalui oleh kendaraan apapun. Sehingga selama 10 tahun terakhir, warga terisolir karena tidak adanya akses jalan lain menuju pemukiman warga tersebut," kata Kepala Desa Hegarmanah, Uus Usep kepada wartawan, Kamis (15/12).
Menurut Uus, untuk menuju pedusunan yang jaraknya tujuh kilometer dari pusat Kecamatan Sagaranten itu, akses jalannya masih berupa tanah merah yang dilapisi oleh batu yang telah hancur.
"Setiap panen, warga di sana sulit menjual hasil pertaniannya. Bahkan untuk membeli kebutuhan hidup pun sangat sulit karena harus mengeluarkan biaya yang sangat besar dan waktu yang lama untuk keluar dari dusun tersebut," tambahnya.
Untuk menuju Dusun Citalahab, warga harus mengeluarkan biaya Rp 25 ribu untuk naik ojek sekali jalan. Sehingga untuk sekali pulang pergi, warga harus mengeluarkan biaya minimalnya Rp 50 ribu. Selain itu, kendaraan umum hanya ada ojek dan itu pun jumlahnya terbatas, karena untuk menuju ke dusun tersebut harus pengendara ojek yang terampil.
"Jalan yang ada saat ini hanya ada satu akses saja, itu pun merupakan rintisan sejak 10 tahun yang lalu. Kami pun sudah sering mengajukan perbaikan dan pembangunan jalan baik ke Pemkab Sukabumi bahkan sampai ke Kementerian Percepatan Desa Tertinggal (PDT) RI, namun sampai sekarang belum terealisasi," kata Uus.
Sementara itu Kepala Dusun Citalahab, Isan, mengatakan tidak adanya akses jalan lain menuju Dusun Citalahab berdampak kepada kebutuhan hidup warganya seperti pendidikan, kesehatan dan ekonomi. "Untuk mendapatkan pendidikan saja baik tingkat SMP sampai SMA, warga di sini harus berjalan kaki selama empat jam menyusuri lembah dan bukit serta hutan dan baru sampai ke sekolah," jelasnya.