Jumat 16 Dec 2011 13:59 WIB

Kapal Rusia Tabrak Gunung Es di Lepas Pantai Kutub Selatan

REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON - Beberapa awak kapal Rusia yang naas telah naik ke perahu penyelamat di perairan yang dilapisi es di Kutub Selatan, Jumat (16/12), sementara petugas pertolongan mengatakan diperlukan waktu lima hari untuk sampai ke tempat mereka.

Kapal Sparta mulai kemasukan air setelah menabrak gunung es dan mengirim tanda bahaya dari dekat beting es Antartika sekitar 2.000 mil laut di sebelah tenggara Selandia Baru.

Kapal berbendera Rusia itu, dengan 32 anggota awak --15 warga negara Rusia, 16 Indonesia dan satu Ukraina-- berada di daerah 13-derajat setelah bagian bawah berlubang selebar 1,5 meter.

Beberapa perwira tetap berada di kapal dan sedang memompa air dari palka sementara sebagian awak telah naik ke perahu penyelamat "sebagai langkah pencegahan", kata Pusat Koordinasi Pertolongan Selandia Baru (RCCNZ).

RCCNZ telah meminta bantuan dari kapal yang melayari Samudra Selatan tapi es laut yang tebal membuat gerakan mereka sulit dan mereka "menduga bahwa mereka baru bisa mencapai daerah tersebut dalam empat sampai lima hari", kata Koordinator Pertolongan Ramon Davis.

Kapal Selandia Baru San Aspiring berada 470 mil laut dari lokasi kapal Sparta dan menduga dapat mencapai kapal Rusia yang naas itu paling cepat Selasa.

Kapal sekelas dengan Sparta, Chiyo Maru No 3, hanya berjarak 290 mil laut tapi tak memiliki kemampuan untuk memotong atau menerobos lapisan es laut, dan satu kapal lain hanya berjarak 10 mil laut tapi tak terjepit es tebal dan tak bisa melanjutkan perjalanan.

Tak ada helikopter di daerah itu yang bisa melakukan upaya penyelamatan tapi satu pesawat angkut dari Antarctic Research Centre di McMurdo Station dapat terbang di atas kapal Sparta dan melakukan kontak serta membuat penilaian kondisi es.

"Sejauh ini, anggota awak telah berhasil menahan masuknya air. Mereka juga telah mengikat terpal ke pinggir badan kapal sehingga membantu memperlambat arus air yang memasuki palka," kata Davis sebagaimana dikutip AFP.

"Mereka telah meminta kami memasok mereka dengan pompa tambahan guna memungkinkan mereka meningkatkan kecepatan pemompaan air, dan juga menyediakan pendukung bagi pemompaan yang sudah mereka kerjakan," katanya.

Davis mengatakan RCCNZ sedang menyelidiki pilihan bagi pengiriman pompa ke kapal yang naas tersebut. "Jika mereka bisa mengeluarkan semua air dari palka, itu mungkin bisa membuat kapal itu cukup ringan sehingga lubang di palka bisa berada di atas permukaan air, dan memungkinkan anggota awak memperbaiki kerusakan," ia menambahkan. Cuaca di daerah tersebut tenang dan udara sekitar tiga derajat Celsius.

sumber : Antara/AFP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement