REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD – Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki, meminta anggota parlemen agar menarik dukungan buat Wakil Perdana Menteri Saleh al-Mutlak. Kejadian ini dianggap memperparah krisis politik di Irak saat pasukan AS menyelesaikan penarikan mereka.
Sementara itu, Wakil Presiden Tareq al-Hashemi dikawal ke luar pesawat di bandar udara Baghdad, namun dua pengawalnya ditangkap dengan "tuduhan terorisme". Al-Hashemi, dari kelompok minoritas Sunni, berasal dari partai yang sama dengan al-Mutlak, yang juga seorang pemeluk Sunni.
Peristiwa ini terjadi Ahad (18/12) kemarin, sehari setelah Blok Iraqiya menyatakan akan memboikot parlemen dalam protes terhadap dugaan sistem sentralisasi kekuasaan, saat militer AS menyelesaikan penarikannya dari Irak.
"Perdana menteri mengirim surat resmi ke parlemen, meminta dilakukannya penarikan kepercayaan buat Saleh al-Mutlak. Hal ini disebabkan oleh pernyataan al-Mutlak beberapa waktu lalu," kata Penasehat Media Perdana Menteri, Ali Mussawi.
Al-Mutlak dituduh menjadi pendukung partai terlarang Baath, pimpinan mantan Presiden Saddam Hussein. Dalam proses pemilihan umum 2010, ia dilarang mencalonkan diri. Selasa (13/12) lalu, al-Mutlak mengatakan kepada CNN bahwa Washington akan meninggalkan Irak "di tangan diktator".
Dalam wawancara terpisah dengan stasiun televisi satelit Babiliyah, al-Mutlak mengatakan al-Maliki lebih buruk dari Saddam Hussein. "Saddam adalah pembangun, tapi al-Maliki benar-benar tidak melakukan apa pun," tegas dia.