REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO - Ulama Nigeria meyakinkan bahwa insiden peledakan bom yang terjadi di Nigeria bukan dilatarbelakangi permusuhan antar agama. "Saya ingin meyakinkan bahwa tidak ada konflik antara Muslim dan Kristen," kata pemimpin kota Sokoto, Muhammad Sa'ad Abubakar usai bertemu dengan Presiden Nigeria Goodluck Jonathan.
Setidaknya 40 orang tewas dalam serangan usai misa Natal di Abuja, kota yang paling padat penduduknya. Serangan itu diklaim dilakukan kelompok Islam Boko Haram.
Namun, Abubakar yang juga pemimpin Dewan Nasional Urusan Islam (NSCIA) menampik ketakutan yang sempat dilontarkan beberapa tokoh bahwa serangan itu merupakan simbol permusuhan. Ia meyakinkan bahwa pengeboman yang terjadi kemarin hanyalah konflik antara orang baik dan orang jahat.
"Orang baik lebih banyak dari pada yang jahat, sehingga orang-orang baik harus bersatu untuk mengalahkan yang jahat," kata dia menegaskan.
Senada dengan pendapat Abu bakar, Penasihat Keamanan Nasional, Andrew Owoeye Azazi menekankan bahwa saling membalas bukanlah jawaban yang tepat untuk menjawab insiden kemarin. "Jika Anda membalas, mau jadi apa negera ini? Saya tidak melihat ada konflik besar antara komunitas Kristen dan komunitas Muslim," ujar dia.
Umat Muslim di seluruh dunia juga mengutuk serangan itu. Mereka mengatakan, penyerangan itu sama sekali tidak mewakili ajaran Islam yang benar.
Di Nigeria, jumlah umat Muslim dan Kristen perbandingannya mencapai 55 dan 40 persen dari total 140 juta penduduk. Secara geografis, umat Islam tinggal di bagian utara Nigeria. Sementara itu, umat Kristen tinggal di bagian selatan.