Jumat 30 Dec 2011 18:44 WIB

Polisi Ungkap Keanehan Tewasnya Dua Korban dalam Kerusuhan di Bima

Rep: Teguh Firmansyah/ Red: taufik rachman
Sejumlah pasukan Brimob Polda NTB bersiap melakukan pembubaran massa yang melakukan pemblokiran Pelabuhan Sape, Kecamatan Sape, Bima, Kabupaten Bima, NTB, Sabtu (24/12).
Foto: Antara/Rinby
Sejumlah pasukan Brimob Polda NTB bersiap melakukan pembubaran massa yang melakukan pemblokiran Pelabuhan Sape, Kecamatan Sape, Bima, Kabupaten Bima, NTB, Sabtu (24/12).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kepolisian melihat adanya kejanggalan dalam meninggalnya dua orang demonstran saat terjadinya kericuhan di Bima, beberapa waktu lalu. Dua orang tersebut tewas diluar lokasi penertiban yang dilakukan kepolisian.

Kapolri Jenderal Timur Pradopo menjelaskan berdasarkan evaluasi petugas, mereka yang meninggal berada pada posisi 700 sampai 900 meter dari pintu pelabuhan. Sementara pembubaran demonstran itu berada di dalam pelabuhan.

Pada lokasi evakuasi, kata Kapolri, para demostran itu hanya ada yang mengalami luka-luka. "Jadi sekali lagi yang kita evakuasi itu di Pelabuhan," ujarnya saat memberikan keterangan pers akhir tahun, di Markas Besar Polri, Jumat (30/12) sore.

Polisi, kata Timur, kini masih terus menyelidiki kenapa hal itu bisa terjadi. Setidaknya 97 orang polisi telah diperiksa. Sementara 18 orang dari kalangan sipil juga telah dimintai keterangan.

Namun Timur kembali menegaskan tindakan yang dilakukan oleh kepolisian di Bima telah sesuai dengan standar operasional prosedur. Proses negoisasi pun telah dilakukan dengan melibatkan tokoh masyarakat.

Bahkan pihaknya juga menggandeng anggota DPR dari perwakilan setempat untuk menyelesaikan demonstrasi itu. Sayangnya demostrasi itu terus berlanjut dan mengganggu kepentingan umum.

Para demonstran telah menutup pelabuhan selama sepekan. Padahal ketika itu mendekati perayaaan hari natal.

"Kalau masalah sosial yang tidak menggangu fasilitas umum kita tidak evakuasi. Tapi itu sudah tujuh hari pelabuhan tak beroperasi,"jelasnya.

Sabtu (24/12) aksi anarki massa pecah setelah polisi melakukan pembubaran paksa terhadap massa pengunjuk rasa dari Front Reformasi Anti-Tambang (FRAT) yang menguasai satu-satunya jembatan penyeberangan ferry dari NTB ke NTT itu sejak lima hari sebelumnya.

Polisi membubarkan paksa pengunjuk rasa setelah negosiasi dari Bupati dan Kapolda berulang-ulang menemui jalan buntu dan massa tetap menduduki pelabuhan .

Massa menuntut pencabutan Surat Keputusan Bupati Bima Nomor 188 Tahun 2010 tentang ijin operasional perusahaan tambang emas PT Sumber Mineral Nusantara (PT SMN). Setidaknya dua orang tewas dalam kejadian itu yakni atas nama Arif Rachman dan Syaiful.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement