REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Masa tugas Duta Besar Indonesia untuk Rusia, Hamid Awaludin telah berakhir. Sebelum mengakhiri tugas di Moskow, Rusia, Dubes Hamid Awaludin disuguhi tarian Lezginka dari Dagestan serta jamuan makan siang bersama seluruh staf Mufti Rusia.
Menjelang pulang habis di ujung tahun, sejumlah pengusaha asal Dagestan tiba-tiba muncul di kantor Dubes RI Moskow (28/12/12). Setelah mengucapkan terima kasih atas kerja sama selama ini dan selamat jalan kepada Hamid Awaludin, mereka setengah memaksa Dubes menuju ke ruang serbaguna KBRI Moskow. Tanpa banyak yang tahu, sang dubes diberikan sebuah kejutan.
Para pengusaha yang dipimpin oleh Shamil Murtazaliev itu diam-diam telah menyiapkan empat penari pria dan dua wanita yang berpostur sangat luar biasa: cantik, tampan dan tinggi pada kisaran dua meter. Dengan pakaian yang berwarna serba menyala serta pisau di pinggang, mereka tiba-tiba menarikan tarian tradisional Dagestan yang dinamakan Lezginka selama setengah jam.
Tarian ini dikenal berasal dari daerah Kaukaus dan bisa ditarikan secara solo ataupun duet. Tarian tersebut merupakan gabungan antara tarian perang dan sekaligus balet. Gerakan penari laki-laki menyerupai burung elang: jongkok, loncat keatas, menapak dengan hentakan keras serta menggerakkan tangan dan otot lengan. Sementara itu, sang wanita bergerak bak burung flamingo yang anggun dan memikat. Uniknya, mereka semua bertumpu hanya pada ujung jari-jari kaki sebagaimana balet. Semua yang hadir tampak senang dan bertepuk tangan panjang.
“Tarian tadi menggambarkan kesyukuran masyarakat Dagestan yang hampir seratus persen adalah muslim. Kami berterima kasih atas semua usaha Dubes Hamid dalam menjalin hubungan kedua bangsa. Semoga tarian tadi memberikan kesan yang mendalam,” ujar Murtazaliev.
Sementara itu, bertempat di kantor Mufti Rusia (29/12/12), Dubes Hamid menggelar makan siang bersama Mufti dan seluruh staf dengan suguhan kulineri Indonesia. Makanan beraroma Makasar menjadi hidangan utama, seperti nasi bakar, sayur telur ikan dan baronko. Tidak lupa dihidangkan juga sate, tahu isi, kerupuk hingga lumpia.
Mufti Ravil Gaynutdin bersama 45 stafnya memenuhi ruangan pertemuan. Untuk pertama kalinya mereka makan rame-rame menyantap makanan Indonesia yang dikenal sangat eksotik. Semua tampak gembira dan akrab.
Sang Mufti dalam kesempatan itu kembali menggarisbawahi bahwa Dubes Hamid merupakan contoh bagi dubes negara Islam lainnya. Tidak hanya banyak berjanji, namun juga banyak memberikan realisasi. Mulai dari komitmen anti terorisme hingga pemberian beasiswa Pemerintah Indonesia kepada kalangan muslim Rusia. “Untuk itu, izinkan saya mengganti kopyah Dubes dengan kopyah Rusia,” ujarnya yang disambut riuh.
Dubes Hamid menyatakan, pertemuan dalam bentuk makan siang berjamaah ini merupakan aktivitas resmi penutup sebelum kembali ke Indonesia pada tanggal 31 Desember 2011. Tidak ada lagi pertemuan lain. “Semua berakhir di sini, di kantor Mufti. Semoga berkah. Saya bersama keluarga mohon pamit dan mohon doa,” ujarnya sambil berkaca-kaca.