REPUBLIKA.CO.ID, SOLO- Banjir luapan Bengawan Solo, Jawa Tengah, mengancam daerah hilir di Provinsi Jatim mulai Bojonegoro, Tuban, Lamongan, hingga Gresik dengan ketinggian air pada papan duga di Jurug Solo yang mencapai 10,24 meter (siaga III).
"Banjir luapan Bengawan Solo di Siolo, Jateng terjadi akibat hujan di daerah setempat bukan dari buangan air Waduk Gajah Mungkur," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro Agus Bachtiar di Bojonegoro, Selasa.
Ia memperhitungkan, perjalanan air banjir yang terjadi di Solo, Jateng, akan merambah kawasan Bojonegoro dalam waktu 40 jam. Berdasarkan perhitungan itu, air Bengawan Solo di Bojonegoro, mengalami peningkatan secara signifikan, Selasa (3/1) malam.
Dalam mengantisipasi luapan banjir Bengawan Solo di daerah hilir, Jatim, akibat turunnya banjir di Solo tersebut, pintu sudetan Sedayu Lawas di Lamongan, yang mampu mengalirkan air Bengawan Solo, sudah dibuka.
Dengan demikian, air Bengawan Solo, selain dialirkan melalui saluran utama, di Sembayat, Gresik, juga dibuang ke laut Jawa, melalui sudetan sepanjang 13,4 kilometer itu.
"Dengan kondisi Bengawan Solo di hilir sekarang ini, airnya masih kosong, kemungkinan bertambahnya debit air banjir yang terjadi terkendali, sepanjang tidak terjadi hujan," katanya, menjelaskan.
Ia mengambarkan, banjir besar yang terjadi, pada akhir 2008 dan awal 2008, ketinggian air di Jurug, Solo, mencapai 11 meter lebih dan dalam waktu bersamaan ketinggian air di Ndungus, Ngawi, juga mencapai 11 meter lebih, sehingga airnya mengakibatkan banjir di sepanjang daerah aliran sungai terpanjang di Jawa itu, baik di daerah hulu Jateng, juga hilir Jatim.