REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Hadirnya ‘Kiat Esemka’ harus mendorong Pemerintah untuk menggerakkan produksi angkutan missal dari dalam negeri. Momentum mobil garapan anak-anak SMK ini juga bisa menjadi kesempatan Pemerintah membenahi angkutan umum.
“Setelah lolos uji tipe dan laik jalan, sebaiknya Kiat Esemka juga membidik produksi bus untuk angkutan massal,” ujar Djoko Setijowarno dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Ahad (8/1). Sehingga, produk otomotif dalam negeri tak hanya membidik angkutan privat.
“Kalau sudah bisa produksi bus, Kementerian Perhubungan yang membeli dan mendistribusikannya ke kota untuk angkutan massal,” kata Djoko. Sehingga, ketika mobil pribadi sudah dilarang menggunakan Premium dan beralih ke Pertamax yang harganya dua kali lipat, ada alternatif angkutan umum. Menurut dia, sekarang adalah momentum Pemerintah mengembangkan angkutan massal dengan produk bus buatan dalam negeri yang relatif murah.
Dari Kota Bandung, para siswa SMKN 8 pun unjuk kebolehan kemampuan produksi kendaraan. Dengan bandrol ‘Buggy Car ABCD’ produk ini sudah dijual empat unit. ABCD adalah kependekan dari Anak Bandung Cinta Damai. Saat ini, lima pesanan dari Medan juga sudah digenggam. “Konsep pendidikan kami adalah teaching factory,” kata Kepala SMKN 8 Kota Bandung, Dedi Indrayana, Ahad (8/1). Setiap unit produksi SMKN 8 ini dihargai Rp 50-70 juta, tergantung desain pesanan, dan sudah bisa rampung dalam waktu sebulan.