REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR-Anwar Ibrahim pernah menjadi salah satu bintang politik Asia yang karirnya cepat berkembang. Ia juga tokoh reformasi populer di Malaysia. Wajahnya pernah menjadi sampul majalah Time pada 1997 sebagai “Masa Depan Asia”. Ia mulai dikenal publik pada 1970an sebagai siswa radikal.
Anwar lahir pada 10 Agustus 1947 di Pulau Penang Utara. Ia anak dari buruh rumah sakit. Ia belajar di salah satu sekolah top Malaysia. Namanya terkenal sebagai aktivis pemimpin remaja Islam. Karena beberapa tindakannya, ia pernah dipenjara. Namanya pun dilambungkan oleh Perdana Menteri Mahathir Mohamad.
Pada 1974, ia sempat dipenjara selama 20 bulan oleh Gerakan Keamanan Internal Malaysia karena memimpin demonstrasi anti pemerintahan melawan kemiskinan di utara. Kemudian, Mahathir mengajaknya bergabung dengan Organisasi Nasional Malaysia, partai pemerintah utama, pada 1982. Ia diajak untuk menjembatani rentang antara gambaran partai Malaysia yang nasionalis dan aspirasi Islam yang sedang berkembang. Di bawah Mahathir, Anwar berkembang pesat. Ia pernah menjabat berbagai posisi, seperti kementerian pertanian dan pendidikan dan menteri keuangan sejak 1991.
Anwar pernah ditunjuk untuk menggantikan Perdana Menteri Mahathir Mohamad. Pada 1993, ia pun diangkat menjadi wakil perdana menteri. Ketika tengah menjabat, ia merasa korupsi telah mengakar dalam politik dan bisnis Malaysia. Oleh karena itu, ia melakukan kampanye anti korupsi, kolusi, dan nepotisme pada 1998.
Mahathir terlihat tidak setuju dengan tindakannya itu. Ia pun dicopot dari jabatannya sebagai wakil perdana menteri dan menteri keuangan. Anwar juga dituduh melakukan sodomi dan korupsi. Tuduhan yang dapat menghentikan masa jayanya itu dirasa Anwar sebagai cara untuk menghentikan kampanye reformasinya. Ia kemudian masuk penjara karena tuduhan korupsi dan sodomi.
Setelah kasus sodominya dicabut pengadilan pada 2004, ia segera kembali ke dunia politik sebagai kepala oposisi multi-etnik dan revitalisasi yang berpusat di kalangan tokoh reformasi sosial sekuler dan Islam. Ia pun menunjukan kekuatannya di pemilu 2008 dengan mengalahkan Barisan Nasional yang sedang berkuasa.
Hal itu menempatkan koalisi tiga partai Anwar menguasai sepertiga kursi di parlemen. Ia pun memberikan tantangan pada pemerintah yang sekarang dipimpin oleh Najib yang koalisinya telah mengatur Malaysia sejak merdeka dari Inggris pada 1957. Segera setelah hasil pemilu keluar, mantan asistennya, Saiful Bukhari Azlan menuntut Anwar melakukan sodomi terhadapnya.
Anwar menyebut tuntutan tersebut sebagai usaha kotor untuk membunuh karakternya yang dilakukan oleh koalisi Barisan Nasional dalam menghadapi pemilu 2013 mendatang. Warga Malaysia pun menyangsikan tuduhan tersebut. Pada hari ini, Senin (9/1), Pengadilan Malaysia membebaskan tuntutan terhadapnya. “Keadilan telah dilakukan. Saya bebas,” ujar Anwar Ibrahim.
Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa, pun mengaku senang dengan keputusan pengadilan tersebut. “Kita menghormati keputusan dari lembaga hukum di Malaysia. Kehidupan politik Malaysia harus dapat maju dengan adanya keputusan penting ini,” ujar Marty.