Selasa 10 Jan 2012 14:02 WIB

Ketua DPR: Waktu dan Tenaga Terbuang Sia-sia Urusi 'Ikan Salmon'

Rep: Erdy Nasrul/ Red: Djibril Muhammad
Ketua DPR RI Marzuki Alie (tengah)
Foto: Antara/Yudhi Mahatma
Ketua DPR RI Marzuki Alie (tengah)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ketua DPR, Marzuki Alie, mengimbau kepada semua anggotanya agar tidak saling menyerang. Masih banyak tugas anggota dewan, karena itu tidak perlu insiden saling serang terjadi.

Pihaknya sangat menyesalkan hal ini, karena segala permasalahan internal dapat diselesaikan dengan bermusyawarah. "Waktu dan tenaga kita terbuang sia-sia untuk membicarakan hal ini," imbuhnya di Jakarta, Selasa (10/1).

Dia mengajak untuk kembali menggunakan kebijaksanaan dan hati agar kebersamaan dalam menyelesaikan tugas-tugas di DPR dapat terwujud.  Konsolidasi dan mencari titik temu dalam pembahasan berbagai hal di DPR harus diutamakan, karena menurutnya, hal ini adalah kepentingan masyarakat luas.

Sebelumnya, Partai Demokrat menyebut Partai Golkar dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebagai kelompok yang selalu menyerang pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono. Wakil Ketua Fraksi Partai Demokrat, Sutan Bhatoegana bahkan menyebut keduanya sebagai ikan salmon di dalam tubuh koalisi pendukung pemerintah, yakni intelektual kagetan asal ngomong.

Menanggapi komentar itu, Ketua DPP PKS, Nasir Djamil balas menyerang dengan menyebut Partai Demokrat ikan piranha. "Partai Demokrat itu piranha. Pikiran, hati, dan bicara suka beda," katanya melalui pesan singkat, Jumat (6/1).

Ia mengacu pada kasus Bank Century. Menurut dia, kasus ini memang harus konsisten untuk disuarakan. Sayangnya, ujar dia, Partai Demokrat terkadang memiliki pemikiran yang berbeda dengan tindakan sehingga kerap mengalami gejala stroke politik.

Akibatnya, lanjut Wakil Ketua Komisi III DPR RI tersebut, sering membolak-balikan fakta yang ada. "Kita konsisten kok dibilang menyerang. Justru Partai Demokrat seharusnya juga ikut membereskan dan menuntaskan kasus Century agar tidak ada dusta di antara partai koalisi," tandasnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement