REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT---Akibat pengeboman permukiman Israel di Tepi Barat dan gerakan Palestina yang terbatas membuat peluang berdirinya negara Palestina makin kecil. Hal ini terungkap dari laporan Uni Eropa yang diterima Kamis (12/1).
Dalam laporan itu terungkap pula, Uni Eropa mendesak para negara anggotanya untuk berkoordinasi dengan aktor internasional lain agar dapat mengusir warga Palestina dari wilayah Israel.
Tidak seperti laporan lain yang mengungkap situasi secara umum di wilayah Palsetina, studi internal setebal 16 halaman itu justru membidik Area C milik Israel yang mencakup 62 persen kawasan pendudukan Tepi Barat. ''Area C memiliki sumber daya alam yang penting dan tanah untuk pertumbuhan ekonomi dan demografi di masa depan untuk negara Palestina,'' papar laporan itu.
Kesepakatan 1995 antara Israel dan Palestina membagi wilayah Tepi Barat menjadi Area A (di bawah kendali penuh Palestina), Area B (di bawah kendali Israel-Palestina), dan Area C.
Dalam kawasan C itulah, terdapat perbatasan dengan Yordania yang didesak Israel masuk dalam wilayah kekuasaannya.
Uni Eropa,dalam laporannya, menilai Area C justru komponen penting untuk masa depan Palestina. Namun, masalah dengan Israel justru memperburuk keadaan.''Bila kondisi ini terus berlanjut dan makin buruk, pembentukan negara Palestina tampaknya makin sulit. Jendela untuk mendapatkan solusi sepertinya tertutup dengan ekspansi permukiman Israel dan akses Palestina ke Area C yang makin terbatas.''