Jumat 20 Jan 2012 16:19 WIB

AS Ancam Pemimpin Muda Korut

Kim Jong un dalam siaran terkini dari televisi Korut
Foto: AP
Kim Jong un dalam siaran terkini dari televisi Korut

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Amerika Serikat, Kamis, mendesak Cina untuk menekan pemimpin baru Korea Utara untuk menahan diri. AS juga mengatakan bahwa Korea Utara akan menghadapi "tekanan besar" untuk menanggapi setiap provokasi.

Kurt Campbell, diplomat penting Amerika Serikat di Asia, mengakui bahwa hanya sedikit yang diketahui dari pemimpin muda Korea Utara Kim Jong un, dan memperingatkan bahwa "langkah provokatif" memiliki risiko memicu konsekuensi sangat tak terduga.

"Kita perlu menangani situasi dengan hati-hati dan kami berharap Cina dalam pembahasan mereka dengan Korea Utara memastikan bahwa pesan ini sangat dipahami," kata Campbell di Pusat "think-tank" Stimson, mengulang komentarnya daat melakukan lawatan Asia Timur awal bulan ini.

Korea Utara pada tahun 2010 menyerang sebuah pulau di Korea Selatan dan dituduh melepaskan torpedo ke kapal perang Korea Selatan, sebuah insiden yang menewaskan 50 orang dan yang oleh beberapa analis dilihat sebagai cara untuk pewaris muda Kim Jong un untuk membuktikan keberaniannya.

Campbell, asisten Menteri Luar Negeri, mengatakan bahwa Presiden Korea Selatan Lee Myung bak, sekutu dekat Amerika Serikat, menunjukkan "sikap menahan diri yang luar biasa" setelah kematian itu.

"Tapi para pemimpin mereka telah membuat jelas bahwa mereka telah mencapai titik dimana jika mereka menghadapi provokasi lebih lanjut, mereka akan mengalami tekanan yang sangat besar untuk merespon. Dan kita memahami bahwa," kata Campbell.

Cina adalah sekutu terdekat Korea Utara yang terisolasi, meskipun Campbell mengatakan bahwa bahkan para pejabat di Beijing tidak banyak mengetahui tentang kematian Kim Jong il pada 17 Desember sampai televisi pemerintah Korea Utara mengumumkan berita itu dua hari kemudian.

Kematian Kim Jong il membubarkan rencana Amerika Serikat untuk membangun sebuah diplomasi baru dengan Korea Utara, termasuk kemungkinan dimulainya kembali bantuan pangan Amerika Serikat untuk negara miskin itu serta pembicaraan yang lebih formal untuk mengakhiri program nuklir Pyongyang.

"Kami telah membuat jelas melalui kedua saluran publik dan swasta bahwa kita siap untuk memulai bab baru guna menangani dengan pasti isu-isu yang beredar, mulai dari masalah nuklir dan sejenisnya," kata Campbell.

Campbell, Selasa, bertemu dengan para pejabat senior dari Jepang dan Korea Selatan untuk mengkoordinasikan tindakan. Dalam sebuah pernyataan, negara-negara itu mendesak Korea Utara untuk memperbarui komitmennya terkait persetujuan di masa lalu guna mengakhiri program nuklirnya.

sumber : Antara/AFP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement