Rabu 25 Jan 2012 09:16 WIB

Uni Eropa Jembatani Palestina - Israel

Rep: Lingga Permesti/ Red: Hafidz Muftisany
Bendera Uni Eropa
Bendera Uni Eropa

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH---Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherun Ashton akan bertemu pimpinan Israel dan Palestina dua hari mendatang guna membicarakan perdamaian dan kembali ke meja perundingan sebelum tenggat 26 Januari. Sebelumnya, perunding dari kedua negara telah bertemu empat kali di Amman, Yordania tetapi belum juga mencapai kesepakatan. Pertemuan kelima dijadwalkan pada Rabu (25/1).

Uni Eropa ingin Presiden Palestina, Mahmoud Abbas untuk mengesampingkan permintaannya yang menyerukan penghentian total pembangunan permukiman Yahudi di Tepi Barat sebelum perundingan penuh dilanjutkan. Uni Eropa juga mendesak untuk membebaskan tahanan dan mempermudah akses warga yang dikuasai militer di Tepi Barat.

“Faktanya, perunding dari dua negara berbicara satu sama lain secara langsung adalah hal yang menggembirakan,”kata Ashton. Lanjut Ashton, pihaknya menunggu sinyal positif dari kedua pihak bahwa mereka siap untuk bernegosiasi.

Kuartet yang terdiri dari Amerika Serikat, Uni Eropa, Rusia dan PBB mengatakan perundingan langsung pada tanggal 26 Januari dan selesai tahun ini. Tetapi, Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak, mengatakan pada Selasa (24/1), pertemuan 26 Januari bukan akhir dari perundingan karena negosiasi akan berlangsung terus menerus.

Para pemimpin lainnya juga meragukan proses perdamaian dan mendesak pendekatan baru. "Haruskah kita menerima bekunya perundingan antara Palestina dan Israel. Kita harus mengubah metode," kata Presiden Perancis Nicolas Sarkozy dalam pidato tahunan  duta besar pada 20 Januari. Menurutnya, kuartet telah gagal membawa Palestina dan Israel mencapai kesepakatan. “Kita harus memperluas lingkaran negosiasi dan melibatkan semua orang yang dapat membantu menyelesaikan konflik,”katanya.

Sementara di sisi lain, mantan negosiator perdamaian dari Palestina Nabil Shaath memperkirakan perundingan terbaru akan gagal. "Pemerintahi Israel merasa benar-benar aman dan mereka tahu bahwa  Kuartet maupun pihak manapun tidak akan memberikan tekanan apapun pada mereka. Oleh karena itu, mereka mencandai kami dan mereka sendiri," katanya kepada Reuters.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement