Jumat 27 Jan 2012 09:55 WIB

Menghargai Kerja Keras

Seorang pekerja beraktivitas dalam pembangunan sebuah masjid. (ilustrasi)
Foto: Republika/Heri Purwata
Seorang pekerja beraktivitas dalam pembangunan sebuah masjid. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh Prof Dr KH Didin Hafidhuddin MS

Syahdan ketika seorang pemuda berjabatan tangan dengan Rasulullah SAW, tiba-tiba Rasulullah mencium tangan pemuda itu sambil mengatakan, “Inilah kedua tangan yang dicintai Allah SWT.” (HR Jamaah).

Kedua tangan pemuda itu keras dan agak kasar yang mencerminkan bahwa ia seorang pekerja keras yang tidak mengenal lelah. Tergambar pula dari raut wajahnya dan penampilan fisiknya. Ternyata sosok Muslim pekerja keras inilah yang dicintai dan dibanggakan oleh Rasulullah SAW.

Memang, Islam adalah agama yang mendorong umatnya untuk selalu bekerja dan bekerja dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan, mempersembahkan kerja dan amal yang terbaik (ihsan), baik dalam kaitannya dengan Allah SWT maupun dengan sesama manusia, bahkan dengan dirinya sendiri. Karena, hanya dengan cara inilah seorang Muslim akan meraih kebahagiaan yang hakiki di dunia ini maupun di akhirat nanti.

“Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS at-Taubah [9]: 105).

“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu maka berjalanlah di segala penjurunya (bekerja keras) dan makanlah sebahagiaan dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS al-Mulk [67]: 15).

Rasulullah SAW sangat memuji orang yang berusaha dan bekerja mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya, seperti digambarkan dalam hadis di atas dan hadis riwayat Imam Bukhari No 1.470; “Sesungguhnya seseorang dari kalian pergi mencari kayu bakar yang dipikul di atas pundaknya itu lebih baik daripada meminta-minta kepada orang lain, baik diberi atau tidak.” Juga dalam hadis yang lain riwayat Imam Bukhari No 2.072. “Tidaklah seseorang makan makanan yang lebih baik daripada hasil usahanya sendiri dan Nabi Dawud AS juga makan dari hasil usahanya sendiri.”

Bahkan, jika seseorang tertidur kelelahan karena mencari rezeki yang halal maka tidurnya itu akan dipenuhi dengan ampunan dari Allah SWT (HR Imam Tabrani).

Sebaliknya, Rasulullah SAW sangat membenci bermalas-malasan, tidak mau bekerja. Dan, beliau selalu memohon perlindungan Allah SWT dari sifat malas. "Allahumma inni a'udzu bika minal 'ajzi wal kasali wal jubni wal harami wa a'udzu bika min fitnatil mahya wal mamat wa a'udzu mika min 'adzabil qabri" (Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari sikap lemah, malas, pengecut, dan kepikunan dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kehidupan dan kematian dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur).” (HR Bukhari).

Karena itu, kita harus bersyukur dan memberikan apresiasi (penghargaan) yang tinggi kepada generasi muda, seperti pelajar SMK yang telah berhasil membuat mobil dan merakit sebuah pesawat dengan kerja keras sendiri, di bawah bimbingan para gurunya dalam team work yang solid. Kita yakin masih banyak generasi muda harapan bangsa yang cinta kerja untuk membangun masa depannya dan masa depan bangsa dan masyarakatnya. Semoga kita dianugerahi kecintaan kepada kerja keras dan dijauhkan dari sifat lemah dan malas. Wallahu a’lam

sumber : Harian Republika
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement