REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Kedutaan Suriah di Australia diserbu para pemrotes. Mereka menghancurkan berbagai fasilitas kedutaan di lantai dasar. Serbuan itu dilakukan usai oposisi Suriah mengatakan tentara mereka telah membunuh lebih dari 260 orang warga sipil dalam pengeboman di kota Homs.
Menurut keterangan polisi Australia yang diberitakan AFP, Ahad (5/2) dan dipantau Antara, sejumlah pria memaksa masuk kedutaan Suriah di Canberra, Sabtu (4/2) malam. "Mereka menyebabkan kerusakan di lantai dasar bangunan itu."
Tiga staf diplomatik yang ada saat itu berlindung di satu ruangan. Diduga, kata laporan media, ada sekitar 40 orang yang masuk dan menduduki kedutaan itu. Mereka bubar beberapa saat sebelum petugas datang. "Kami jelas prihatin tentang hal itu. Namun, tidak ada yang cedera," kata inspektur Mick Calatzis.
Serangan terhadap kedutaan berikut insiden serupa juga terjadi di Athena, Berlin, Kairo, Kuwait, dan London pada saat berita penembakan di Homs tersiar pada Sabtu.
Pengamat Suriah untuk Hak Asasi Manusia (HAM) mengatakan, sekitar 100 perempuan dan anak-anak termasuk di antara korban yang tewas. Peristiwa itu adalah yang terparah dalam kerusuhan di Suriah yang dimulai sejak 10 bulan yang lalu.
Menteri Luar Negeri Australia Kevin Rudd mengecam serangan itu sebagai kejahatan perang dan mendesak PBB untuk mengeluarkan resolusi yang menyerukan Presiden Bashar al-Assad mundur. Rusia dan Cina memblokir upaya Dewan Keamanan PBB untuk mengutuk Suriah atas tindakan keras pada para pemrotes, memicu kecaman keras dari Barat dan negara-negara Arab.