REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Kementerian Kebudayaan dan Informasi Arab Saudi melarang publikasi berita-berita yang berkaitan dengan kemiskinan dan keterbelakangan negara tersebut. Rasa News melaporkan para pejabat Arab Saudi sangat mengkhawatirkan gelombang kebangkitan Islam di negara-negara Arab akan mendera negara mereka.
Oleh karena itu, Kementerian Kebudayaan dan Informasi Arab Saudi menginstruksikan kepada seluruh media massa nasional untuk tidak mempublikasikan berita-berita kemiskinan dan keterbelakangan. Kementerian mengklaim bahwa publikasi berita-berita tersebut hanya akan mencoreng citra sosial bangsa Arab Saudi.
Larangan pemberitaan kemiskinan dan keterbelakangan itu dirilis menyusul aksi seorang warga Saudi, Saud bin Nasser Al Shahry, yang mengumumkan menjual anaknya lewat facebook. Dia terpaksa menjual anaknya karena kemiskinan yang melilit keluarganya. Berita tersebut langsung direaksi secara luas oleh media massa Saudi.
Para pejabat Saudi menggunakan segala macam cara untuk menjegal protes rakyat akibat kemiskinan, pengangguran, keterbelakangan, diskriminasi, dan kebijakan tidak adil pemerintah Riyadh. Selain wilayah timur Saudi yang mayoritas berpenduduk Syiah, warga di berbagai wilayah secara bertahap mulai menyuarakan protes mereka. Sejumlah ulama Sunni juga dituding berkhianat dan terlibat dalam aksi-aksi teror setelah mereka menyatakan dukungan terhadap demonstrasi warga Syiah.