REPUBLIKA.CO.ID,PONTIANAK--Tim survei WWF Indonesia dan Badan Pengembangan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Pontianak berhasil mempelajari dan mendokumentasikan keberadaan populasi pesut atau lumba-lumba air payau "Orcaella brevirostris" di perairan Kubu Raya dan Kayong Utara, Kalimantan Barat.
"Keberadaan pesut di kawasan perairan tersebut belum pernah diketahui sebelumnya, sehingga studi awal ini merupakan langkah menggembirakan," kata Albertus Tjiu, ahli konservasi satwa dari WWF-Indonesia yang juga terlibat secara aktif dalam survei saat dihubungi di Pontianak, Selasa.
Selain pesut "Orcaella brevirostris" atau dalam bahasa Inggris disebut sebagai "Irrawaddy dolphin", tim survei juga menemukan satu kelompok lumba-lumba putih atau lumba-lumba punggung bungkuk "Sousa chinensis" di perairan tersebut.
Ia menambahkan, hal ini menunjukkan sebuah indikasi keragaman hayati ekosistem air tawar/payau yang tinggi di perairan sebelah barat Pulau Kalimantan itu.
Menurut Albert, ditemukannya populasi pesut tersebut mengindikasikan pentingnya peningkatan upaya perlindungan habitat satwa air tersebut, baik di hulu maupun hilir sungai, termasuk hutan bakau dan nipah di selat-selat sempit di perairan di Pulau Kalimantan.
Ia melanjutkan, ancaman utama populasi pesut di perairan Kubu Raya dan Kayong Utara di antaranya adalah konversi hutan mangrove habitat satwa tersebut untuk bahan baku industri arang, degradasi habitat hutan sekitar perairan untuk bahan baku bubur kertas (pulp) komersial, aktivitas lalu lintas air yang tinggi dan dapat menimbulkan stress bagi satwa tersebut serta tercemarnya air sungai.
Ia menegaskan, pelaku usaha yang beroperasi di sekitar perairan itu harus menerapkan praktik pengelolaan usaha yang ramah lingkungan serta memperhatikan sumber-sumber bahan bakunya agar tidak mengancam kelestarian hutan bakau dan perairan tersebut pada umumnya.
Terdapat dua spesies pesut di dunia yaitu "Orcaella brevirostris" dan "Orcaella heinsohni" (Snubfin dolphin). Perairan di Indonesia umumnya dihuni oleh populasi "Orcaella brevirostris".
Diperkirakan populasi tertinggi pesut terdapat di perairan hutan bakau Sundabarn, Bangladesh dan India dengan populasi sekitar 6.000 ekor.
"Perairan Kubu Raya dan Kayong Utara habitat pesut berada di hilir kawasan `Heart of Borneo` yang berada di wilayah Indonesia. Kelestarian hutan di daerah hulu sungai juga menjadi faktor yang sangat penting demi terpeliharanya ekosistem air tawar di bagian hilir dimana terdapat habitat pesut," kata Koordinator Konservasi Air Tawar WWF-Indonesia Tri Agung Rooswiadji.
Kepala Seksi Konservasi dan Pemanfaatan - BPSPL Pontianak Kris Handoko mengatakan bahwa pihaknya sangat mendukung dilakukannya kajian lebih lanjut mengenai spesies pesut ini dan siap bekerjasama dengan berbagai pihak untuk terlaksananya monitoring dan program konservasi mamalia unik tersebut.