REPUBLIKA.CO.ID, MANADO---Sekitar 300 gempa vulkanik dalam dan gempa vulkanik dangkal terekam sebelum terjadi letusan Gunung Lokon di Provinsi Sulawesi Utara pukul 08.20 WITA. "Gempa vulkanik ini terekam sejak Kamis pukul 14.00 WITA. Akumulasi energi itu akhirnya memicu terjadinya letusan," kata Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Lokon dan Mahawu di Kakaskasen, Kota Tomohon, Farid Ruskanda Bina, di Tomohon.
Pasca-letusan, ujar Farid, masih terekam gempa dengan frekuensi kecil serta tremor vulkanik dengan amplitudo sekitar 0,5-1,5 milimeter. "Aktivitas kegempaan mulai menurun setelah terjadi pelepasan energi dalam bentuk letusan pada Jumat (10/2) pagi," kata Farid.
Pada saat terjadi letusan, ujar dia, selain memuntahkan material debu vulkanik juga diiringi dengan dilontarkannya material pijar di sekitar kawah Tompaluan, Gunung Lokon.
Lontaran material pijar ini, kata dia, mengakibatkan terbakarnya alang-alang di sekitar kawah dan belum bisa dipastikan berapa luas areal yang terbakar. "Mudah-mudahan kebakaran tidak meluas. Apalagi, semak belukar di sekitar kawah sudah mengering akibat diembus gas belerang dari kawah," katanya.
Farid menjelaskan, muntahan debu vulkanik setinggi 2.000 meter jatuh di beberapa tempat seperti Kelurahan Kakaskasen, Kelurahan Walian, Kelurahan Sarongsong, pusat Kota Tomohon hingga Tondano. "Debu letusan tidak jatuh di kelurahan yang dekat dengan kawah seperti Kelurahan Kinilow I, Kinilow dan Kakaskasen I, Kecamatan Tomohon Utara, karena tertiup angin dari arah utara, meski tidak terlalu kencang," katanya.
Farid tetap berharap warga mematuhi rekomendasi Pusat Vulanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung yakni tidak melakukan aktivitas di radius bahaya.