REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Irak ingin Suriah ikut berpartisipasi dalam konferensi tingkat tinggi (KTT) Arab yang akan diadakan di Baghdad. Itupun jika tidak dilarang oleh Liga Arab, kata perdana menteri Irak dalam satu wawancara.
Presiden Suriah Bashar al-Assad telah melakukan tindakan keras dan berdarah kepada para pemberontak pemerintahannya, lebih dari 6.000 orang tewas sejak Maret 2011.
Negara-negara anggota Liga Arab memberikan suara pada November untuk menangguhkan partisipasi Suriah dalam kelompok itu berkaitan dengan aksi kekerasan tersebut.
"Kami berharap bahwa semua pemimpin Arab akan berpartisipasi dalam pertemuan puncak itu," yang harus terjadi pada akhir Maret, kata Nuri al-Maliki dalam satu wawancara dengan Televisi Al-Rasyid yang disiarkan Sabtu malam.
"Kami lebih suka akan ada partisipasi (oleh Suriah), karena itu akan membuka halaman dialog jauh dari gangguan dan atmosfer sektarian, dan karena tidak ada manfaat bagi siapa pun jika situasi di Suriah semakin memburuk," kata Maliki.
Tetapi jika penangguhan Liga Arab melarang partisipasi Suriah pada pertemuan puncak, Irak akan mematuhi keputusan itu, kata Maliki menambahkan.
Terakhir kali Baghdad menjadi tuan rumah KTT reguler organisasi beranggotakan 22 negara itu pada November 1978, dan Irak menjadi tempat untuk sidang luar biasa Mei 1990, hanya beberapa bulan sebelum invasi Saddam Hussein ke Kuwait.