Jumat 24 Feb 2012 08:26 WIB

Bulog Tunda Beras Petani, Katanya Sih Tunggu HPP 2012

REPUBLIKA.CO.ID,PALU--Bulog hingga kini belum melakukan pembelian beras karena masih menunggu harga pembelian pemerintah 2012.

Kepala Bidang Pelayanan Publik Perum Bulog Sulteng Makking Ali, di Palu, Jumat, mengatakan pemerintah memang telah menaikkan harga pembelian beras pada 2012, tetapi Inpres HPP baru itu belum juga diterima Bulog di daerah. "Kami belum menerima Inpres tentang HPP yang baru," katanya.

Ia mengatakan sampai sekarang Bulog Sulteng belum melakukan pengadaan beras untuk memenuhi kebutuhan untuk stok lokal dan nasional. Selain karena masih menunggu HPP baru, kata dia, juga musim panen raya baru akan mulai berlangsung pada Maret dan April 2012.

Pada musim panen tahun ini, Bulog menetapkan prognosa pembelian beras petani di daerah ini sebanyak 25.000 ton. Menurut dia, prognosa pembelian pada 2012 ini mengalami peningkatan dibandingkan sebelumnya yang hanya 15.000 ton.

Sementara itu, realisasi pengadaan beras di Sulteng pada 2011 lebih 14.000 atau hampir mencapai 100 persen dari prognosa yang ditetapkan Bulog.

Menko Perekonomian Hatta Radjasa di Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (22/2) memastikan harga pembelian pemerintah (HPP) untuk beras sebesar Rp6.600,00 per kilogram.

Ia mengatakan Instruksi Presiden (Inpres) soal kenaikan HPP tersebut telah ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Kenaikannya cukup bagus, angkanya Rp6.600, ya sekitar segitu," ujarnya.

Dengan telah ditandatanganinya Inpres HPP yang baru, lanjut dia, maka Badan Urusan Logisitik (Bulog) wajib membeli beras dari petani di atas harga tersebut.

Kenaikan HPP tersebut sesuai dengan usulan Kementerian Pertanian yang menilai kenaikan HPP beras dan gabah sepantasnya sebesar 27-28 persen dari HPP sebelumnya

yang diatur dalam Inpres No 7 Tahun 2009.

Menurut Kementerian Pertanian, HPP beras dan gabah yang pantas seharusnya berada pada kisaran Rp6.600 hingga Rp7.000 per kilogram.

sumber : antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement