REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski kebijakan kenaikan BBM subsidi sudah di depan mata, Wakil Menteri ESDM Widjajono Partowidagdo terus berkeliling dari kampus ke kampus menggalakkan program penghematan BBM dan konversinya ke gas. Sepekan ini, ia menyambangi mulai dari Institut Teknologi Bandung (ITB) hingga Universitas Nasional.
Menurut Guru Besar ITB ini, jika disetujui DPR, kenaikan BBM subsidi ini justru mendorong percepatan konversi minyak ke gas.
"Selama ini penggunaan BBG tak berkembang karena harganya tak lebih ekonomis dari BBM," katanya saat melakukan sosialisasi penghematan BBM dengan Eco Power Booster di Kampus Universitas Nasional (Unas) Jakarta Selatan, Jumat (24/2).
Ini berarti penggunaan gas akan berkembang jika BBM mengalami kenaikan harga. Ia memisalkan angkutan moda Transjakarta yang selama ini kesulitan bahan bakar karena kurangnya SPBG di Jakarta. Kurangnya SPBG, menurut Widjajono, akibat harga gas dan BBM tak berbeda jauh, yaitu gas Rp 4.100 per liter sedangkan BBM Rp 4.500 per liter.
Jika masyarakat mengetahui jelas, misalnya, harga BBM naik menjadi Rp 7.000 per liter, sedangkan gas berjenis LGV hanya Rp 5.600 per liter, maka masyarakat pastinya berfikir untuk pindah. Pemerintah, kata Widjajono, tak memaksa tapi mempersilakan pengguna kendaraan bermotor khususnya mobil pribadi di Jakarta untuk melakukan konversi ke BBG.